Setiap pagi kamu melintas di depan rumahku, menaiki sepeda berkeranjang putih.
kupanggil-panggil namamu, kamu terus melaju
Apa aku harus jadi mawar di tepian jalan agar kamu melirik? aku ini lelaki, lelaki tak menjadi bunga
jadilah aku pipit, yang bercicit di ranting-ranting pohon yang kamu lalui. Lagi-lagi kamu terus melaju
pantas saja, aku ini bisu
kemudian aku teringat polisi tidur
sebelum kamu terlalu jauh, kupotong-potong tubuhku jadi sepuluh, meletakannya sepanjang jalan.
-----
Depok, 29 Desember 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H