Lihat ke Halaman Asli

Andri Sipil

Power Plant Engineer

Robohnya Mushola Kami

Diperbarui: 1 Desember 2015   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pagi hari Mansur sudah terlihat sangat sibuk. Ia bersama beberapa warga lainnya bergotong royong membersihkan satu-satunya Mushola yang ada di desa mereka. Bukan tanpa sebab, mereka beramai-ramai mengepel, mengelap kaca, menjemur karpet dan mencabut teki-teki yang tumbuh subur di halaman Mushola tersebut. Lusa, di sana akan diselenggarakan acara Perayaan Maulid Nabi.

Sebagai ketua Ikatan Pemuda Mushola. Mansur merasa bertanggung jawab atas persiapan penyelenggaraan acara tersebut. Terlebih pak Marto, selaku Ketua Mushola sekaligus tokoh desa yang sangat dihormati di sana. Kembali telah memercayai Mansur dan para rekannya, tanggung jawab sebagai panitia penyelenggara.

Sebenarnya sudah lebih dari tiga tahun Mushola mereka tidak menyelenggarakan perayaan Maulid Nabi. Bukan karena tidak mendapat persetujuan pak Marto atau para warga desa. Namun tiga tahun belakangan memang kondisi kerohanian warga desa begitu fluktuatif. Layaknya pasar saham yang tidak bisa dipegang ekornya itu. Hal tersebut terlihat dari ruangan mushola yang kian hari kian kemarau dari saf-saf warga yang hendak sholat berjamaah.   

***

Tahun ini Mansur telah berhasil meyakinkan pak Marto dan warga untuk mau menyelenggarakan kembali perayaan maulid Nabi. Hatinya prihatin melihat kondisi mushola yang telah lama sepi tanpa geliat kegiatan. Bukan tanpa alasan Mansur merasa begitu. Sebab sebagian keceriaan masa kecilnya telah berada di sekitar lingkungan mushola. Dari mulai ia belajar mengaji sampai ikut bapak sholat berjamaah. Bahkan rutin menghadiri acara-acara kegiatan seperti perayaan maulid Nabi yang biasa diselenggarakan tiap tahun itu.

Ia sangat ingat. Saat itu sepanjang jalan pulang. Mansur kecil tersenyum. Sambil berpegangan pada tangan bapaknya, ia menenteng besek yang dibagikan oleh panitia. Pikirannya liar menebak-nebak lauk apa kira-kira yang terdapat di dalam bungkusan itu. Terkaannya tak akan juah dari makanan favoritnya. Antara Telor dadar dengan tumis tauge atau ayam goreng dengan tempe kecap. Namun seringkali yang ia dapatkan malah semur jengkol atau teri kacang. Meskipun begitu Mansur kecil tetap senang dan memakannya bersama keluarga.

***

Persiapan acara kali ini. Mansur lebih banyak dibantu oleh para orang tua di desa. Teman-temannya yang dulu tumbuh besar bersamanya di dalam mushola. Telah banyak merantau. Hanya tersisa Udin, Gofur, Rahmat dan Sobri. Itupun sebenarnya tinggal Udin dan Gofur yang sesekali mau datang ke pengajian di mushola setiap malam senin. Sedangkan Rahmat dan Sobri mereka lebih suka nongkrong di pangkalan ojek.

Kebetulan malam ini Dayat, salah satu pemuda mushola yang lama merantau telah berada di rumah kembali. Mendengar kabar kepulangan sahabatnya itu, Mansur segera mendatanginya. Dayat adalah salah satu pemuda yang memiliki suara bacaan Qur’an yang bagus. Meskipun tidak sampai sebagus bacaan Qori profesional, namun paling tidak ia masih lebih baik dari bacaan teman-teman lainnya, termasuk dari bacaan Mansur. 

Mansur bermaksud untuk meminta Dayat menjadi pembaca ayat-ayat suci al’quran pada saat acara perayaan maulid Nabi nanti. Ia menjelaskan padanya. Bahwa untuk penceramah sudah ada ustad Zaenal dari desa tetangga. Sambutan nanti dari pak Marto selaku ketua Mushola. Saritilawah, Nurlela telah bersedia dan pembawa acara akan dipegang oleh Mansur sendiri. Tinggal posisi pembaca al’quran yang belum terisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline