Lihat ke Halaman Asli

Andri Sipil

Power Plant Engineer

[Fabel] Induk Ayam dan Raja Ular

Diperbarui: 8 November 2015   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andri Sipil, No.70 

Pada suatu pagi induk ayam sedang berjalan bersama sembilan anaknya yang baru menetas. Mereka menyusuri padang ilalang yang amat luas. Anak-anak ayam berbaris beriringan mengikuti langkah induknya didepan. Mereka akan pergi ke ladang gandum yang terletak ditepian hutan. Disana banyak makanan yang penuh gizi. Makanan bergizi sangat baik untuk pertumbuhan anak-anak ayam. Mereka akan cepat besar dan menjadi ayam-ayam yang sehat. Ciap...ciapp!!..ciap...ciappp...!! begitu celoteh riang anak-anak ayam. Mereka sungguh menggemaskan. Bulu-bulunya lembut seperti wol. Bersih dan bersinar berwarna kuning keemasan. 

Jalan di tengah padang ilalang itu tidak terlalu besar. Dikanan kirinya batang-batang ilalang kokoh menjulang. Ada juga yang tumbang menghalangi celah jalan. Anak-anak ayam bergantian meloncatinya. Beberapa dari mereka ada yang tersangkut. Mereka menggoyang-goyangkan tubuh mungilnya. Sebelum akhirnya lolos dan berlari mengejar ketertinggalan. Sesekali sang induk ayam menengok kebelakang. Ia menghitung kembali jumlah anak-anaknya. Memastikan tidak ada yang tertinggal ataupun hilang ditengah jalan. 

Mereka bertemu banyak hewan-hewan penghuni padang. Ada kelinci, kenari, belalang daun, kawanan capung dan sepasang kupu-kupu berwarna kuning. Induk ayam menyapa mereka. Mengucapkan salam pagi pada semua. 

Pekk..pekk..pekk..pekk..pekk..petokkk..!! pekk..pekk..pekk..petokk.!!

***

Ditengah perjalanan tiba-tiba saja induk ayam bertemu seekor ular. Ia melingkar menghalangi jalan. Ular itu sangat jahat dan licik. Anak-anak ayam berlarian ketakutan. Mereka menyusup dibawah tubuh induknya. Bersembunyi dibawah eraman. 

“Bolehkah kami lewat?!. Kami hendak ke ladang gandum mencari makan. Atau kami harus mencari jalan lain?!, agar tidak mengganggumu?” 

Sang ular mendesis penuh kengerian. Tatapannya dingin. Namun ia tak bergerak sedikitpun. Induk ayam gemetaran. Ia merapatkan eramannya. Mendekap erat anak-anaknya. 

“Kalian tak perlu lewat jalan lain!, kalian bisa melewati jalan ini!. asalkan kau mau menyerahkan beberapa anak-anakmu. Aku butuh daging segar untuk makan siang. Sudah lama aku tak menikmati daging-daging kesukaanku ini” ucap sang ular. Kata-katanya terdengar membawa kematian.

“Tidak!! Jangan anak-anakku!! aku mohon..! Mereka baru saja menetas. Mereka terlalu kecil. mereka semua tak akan bisa mengenyangkan rasa laparmu. Ku mohon jangann..!!" induk ayam memohon. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline