Akhir tahun 2019 merupakan masa yang kelam bagi para peternak babi di Sumatera Utara. Wabah virus ASF (African Swine Fever) yang menyebar dengan cepat di seluruh penjuru provinsi Sumatera Utara telah menimbulkan kematian kurang lebih 47 ribu ekor babi yang ada di seluruh sumatera utara.
Peternak besar maupun kecil tidak dapat terhindar dari wabah ini. Alhasil ribuan masyarakat mengalami kerugian yang tidak sedikit. Pukulan berat dirasakan para peternak yang sebagian besar adalah masyarakat golongan menengah kebawah. Sumber mata pencaharian mereka hilang dalam sekejap.
Di daerah Helvetia, sukadono, mandala dan simalingkar B kabupaten deli serdang kita dapat melihat ribuan peternak rumahan mengalami kolaps karena kehilangan sumber penghasilan.
Sebagian besar dari mereka adalah pemulung yang sering mengais-ngais sampah dari masyarakat kota medan untuk makanan ternak mereka. Ketika para peternak sudah tidak bergeliat lagi t sampah di daerah perumahan kota medan terlihat menumpuk.
Sebagian besar para peternak juga merangkap sebagai pemulung. Bagi yang bermodal besar mereka akan mengontrak hotel, rumah makan dan rumah sakit yang ada di kota medan untuk diambil sampah dan sisa makanannya.
Makanan sisa mereka jadikan makanan ternak dan sampah-sampah plastik, karton, kertas dan botol mereka sortir dijual ke agen botot (daur ulang) untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Begitulah kehidupan para peternak rumahan yang berada di sekitar pinggiran kota medan selama Ini sebelum virus ASF menyerang.
Pada awalnya Virus ini hanya menyerang daerah kabupaten Dairi lalu menyebar ke seluruh wilayah Sumatera Utara. Lambatnya identifikasi terhadap wabah ini menyebabkan penyebaran virus ini menyebar dengan cepat. Informasi awal dari wabah ini hanyalah virus Hog Cholera .
Para peternak ramai-ramai memborong vaksin hog cholera yang ada dipasaran akan tetapi hasilnya sia-sia karena tidak mampu mencegah penularan virus ASF.