Lihat ke Halaman Asli

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Pendidikan Guru Penggerak

Diperbarui: 6 Oktober 2024   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Refleksi Mendalam Modul 2.3: Coaching untuk Supervisi Akademik

Pengalaman mempelajari modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik telah membuka wawasan baru bagi saya. Konsep coaching yang berfokus pada pengembangan potensi individu ini sangat menarik dan menantang saya untuk mengubah paradigma saya sebagai seorang pendidik. Awalnya, saya merasa agak cemas dengan tuntutan untuk menjadi seorang coach yang efektif. Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai merasa optimis dan termotivasi untuk menerapkan konsep ini dalam praktik.

Salah satu hal baik yang telah saya lakukan adalah aktif berdiskusi dengan rekan CGP lainnya. Melalui diskusi, saya dapat berbagi pengalaman dan belajar dari perspektif yang berbeda. Selain itu, saya juga mencoba untuk menerapkan prinsip-prinsip coaching dalam interaksi sehari-hari dengan rekan kerja. Namun, saya menyadari bahwa saya masih perlu meningkatkan keterampilan bertanya yang efektif dan menciptakan suasana yang lebih kondusif bagi coachee untuk berbagi.

Keterkaitan antara materi coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial-emosi sangat erat. Sebagai seorang coach, saya harus mampu memahami bahwa setiap individu memiliki gaya belajar dan kebutuhan yang berbeda-beda. Konsep pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu saya dalam menyesuaikan pendekatan coaching dengan karakteristik masing-masing coachee. Selain itu, menciptakan suasana yang aman dan mendukung secara emosional adalah kunci keberhasilan dalam proses coaching.

Analisis lebih lanjut terhadap materi ini memunculkan beberapa pertanyaan kritis. Bagaimana cara menyeimbangkan antara memberikan dukungan dan tantangan kepada coachee? Bagaimana cara mengatasi resistensi dari coachee terhadap perubahan? Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong saya untuk terus belajar dan menggali lebih dalam tentang konsep coaching.

Tantangan yang saya hadapi dalam konteks sekolah adalah keterbatasan waktu untuk melakukan coaching secara individual dan kurangnya dukungan dari pimpinan sekolah. Namun, saya yakin dengan solusi-solusi alternatif seperti mengorganisir kegiatan coaching kelompok dan melibatkan pimpinan sekolah dalam proses coaching, tantangan ini dapat diatasi.

Koneksi dengan pengalaman masa lalu mengingatkan saya pada saat saya sendiri pernah menjadi coachee. Pengalaman itu mengajarkan saya betapa pentingnya memiliki seorang coach yang dapat mendengarkan dengan empati dan memberikan dukungan yang tulus. Penerapan di masa mendatang, saya berencana untuk menjadi role model bagi rekan sejawat dengan secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip coaching dalam supervisi akademik.

Informasi dari berbagai sumber seperti literatur dan webinar telah memperkaya pemahaman saya tentang coaching. Berbagai model coaching dan teknik-teknik yang saya pelajari akan menjadi bekal bagi saya dalam menjalankan peran sebagai coach.

Kesimpulannya, modul 2.3 telah memberikan saya landasan yang kuat untuk menjadi seorang coach yang efektif. Saya menyadari bahwa menjadi seorang coach adalah sebuah proses yang terus menerus. Dengan komitmen dan semangat belajar yang tinggi, saya yakin dapat membantu rekan sejawat untuk mencapai potensi terbaiknya.

Refleksi Akhir

Melalui refleksi ini, saya semakin yakin bahwa coaching adalah sebuah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat yang signifikan bagi pengembangan profesional guru. Saya akan terus berusaha untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai coach dengan cara mengikuti pelatihan, membaca literatur, dan berdiskusi dengan rekan sejawat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline