Lihat ke Halaman Asli

Jebakan Zona Nyaman

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Panyabungan, 11 Oktober 2012.

Heran. Itu yang aku rasakan ketika setiap melihat ribuan sarjana sangat antusias untuk melamar menjadi PNS. Mereka rela antri berjam-jam untuk mendapatkan SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian), mereka pun rela berdesak-desakan untuk mendapatkan Kartu Kuning (Surat Keterangan Pencari Kerja). Memang apa istimewanya menjadi seorang PNS? Begitu pikiranku. Itu dulu, lebih dari 10 tahun yang lalu.

Kini, dengan suatu takdir yang sama sekali tak aku pahami, aku sendiri menjadi seorang PNS. Sudah lebih dari 3 tahun aku menyandang status abdi negara ini. Untuk awal-awal, aku belum terlalu merasakan keistimewaan seorang PNS. Biasa-biasa saja, seperti halnya pegawai swasta. Namun, setelah 2 tahun berselang, barulah aku tersadar. Ada sesuatu yang istimewa dengan status PNS-ku itu. Aku merasa NYAMAN.

Maksud nyaman di sini bukan karena santai-santai dan bebas bekerja semaunya. Bukan itu, kawan. Pekerjaan justru selalu menumpuk dan malah saling tumpang tindih. Ada kalanya lembur di hari Sabtu atau Minggu. Belum lagi masalah disiplin yang sangat ketat. Masuk jam 07.30 WIB dan pulang jam 16.00 WIB. Nah lho, jadi nyaman seperti apa?

***

Selama menjadi PNS, aku hanya perlu datang pagi dan pulang sore. Di kantor, aku mengerjakan apa yang memang harus dikerjakan. Terkadang lembur jika pekerjaannya overload atau mendekati deadline. Jika memang sedang tidak ada kerjaan, paling internetan, facebook-an, nonton TV, main game Zuma, atau ngobrol ngalor ngidul. Lihatlah, aku hanya perlu melakukan itu saja.

Bagaimana dengan pelanggaran disiplin kerja? Paling hanya berupa teguran lisan atau teguran tertulis. PHK amatlah langka dalam dunia PNS. Mungkin jika sudah melakukan tindakan kriminal, barulah diberhentikan. Dengan kondisi ini, aku tak perlu merasa khawatir. Tenang saja. Lagi-lagi aku merasa nyaman.

Dari segi finansial, aku digaji setiap awal bulan. Ditambah dengan tunjangan dan honor-honor kegiatan. Belum lagi rencana remunerasi yang baru saja disetujui oleh DPR. Ketika nanti masa kerja habis, mungkin aku menerima uang pensiun atau pesangon. Oh, bukankah ini sangat nyaman juga?

***

Nyaman adalah suatu kondisi dimana kita tidak dituntut untuk berpikir keras. Kita merasa tidak perlu mengeluarkan ide-ide baru, tidak perlu melakukan sesuatu yang spektakuler, tidak perlu mencari tantangan. Cukup kerjakan saja apa yang diperintahkan, lalu dibayar. Selesai.

Aku berpikir, mau sampai kapan seperti ini? Pergi pagi, pulang sore. Aku dijejali dan disibukkan oleh pekerjaan yang sama setiap hari. Besoknya, begitu lagi. Bulan depan, begitu juga. Tahun depan, sepertinya tak ada yang berubah. Tahu-tahu menjelang pensiun - jika diberi umur panjang - aku merasa tidak  melakukan sesuatu yang luar biasa. Aku merasa masuk dalam jebakan. Jebakan zona nyaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline