Lihat ke Halaman Asli

Secangkir Teh

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Duduklah di sampingku,

Meski hanya minum secangkir teh

Seteguk saja, entah hangat atau panas,

Tunggulah, hingga dia mencuri urat nadi

melunakkan debaran jantung

lalu, menggantung hatimu di langit langit

Rasa itu berjalan memetik kenangan, pelan pelan

Bahkan saat ” clubbing” di night club,

Atau sakau menembak otakmu

Seperti mawar inggris, bermekaran pada musim musim sunyi

Merah, kuning, berlekuk tajam

Menantanglangit biru

sekali pandang,

its look vintage and romantic

tapi, dia tidak mengenal kelopaknya,

kelopak gemuk, seperticangkir teh

berlumuran susu krim manis, menciptakan awan cerah

menggantung

lalu, ada sebuah strawberry liar

di kelilingi daun hijau kecoklatan

Menyerupai rindu, terbujur kaku

Mati, di tatakan cangkir, dengan bibir melengkung kecil

Berserat kasar, seperti duri mawar tua

Menusuk musim gugur

Apakah itu kau?

Maka, pulanglah ke rumah

Minum teh sebentar saja

di bawah kilau lembutrembulan

dengan cahaya pecah belah, transparan

Seputih tulang tulang batu granit

Agar kau tahu, bagaimana menghangatkancinta

Padepokan Halimun, 20 Maret 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline