Tahu nggak kalau Indonesia punya garis pantai terpanjang kedua di dunia? Garis pantai Indonesia mencapai lebih dari 100 ribu kilometer, terpanjang setelah Kanada. Tetapi ironisnya, Indonesia harus mengimpor garam dari negara-negara tetangga untuk mencukupi kebutuhan nasional. Lebih miris lagi, Indonesia mengimpor dari negara yang bahkan garis pantainya jauh lebih kecil seperti Singapura.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, hingga akhir Juni 2015 tercatat Indonesia sudah mengimpor garam sebanyak 1,51 juta ton. Dari jumlah tersebut,04.475 ton garam diimpor industri CAP, 681 ribu ton oleh industri farmasi, dan 77 ribu ton oleh industri lain-lain.
Di tahun sebelumnya, Indonesia juga tercatat mengimpor garam sebanyak 2,25 juta ton. Jumlah tersebut berasal dari Australia: 1,5 juta ton, India: 235.624 juta ton, Tiongkok: 24.349 juta ton, Selandia Baru: 1.656 ton, Denmark: 281,5 ton, Belanda: 268,2 ton. Devisa pun menjadi sumber dana untuk mendatangkan garam-garam dari luar ini.
Dengan jumlah impor yang sudah disebutkan tadi rinciannya, Australia menjadi negara dengan jumlah impor garam terbesar untuk Indonesia dengandevisa yang dikeluarkan sebesar US 68,21 juta. Dari jumlah yang sudah disebutkan tadi, masing-masing memiliki nilai, untuk garam dari India sebesar US$ 9,84 juta, Tiongkok sebesar US$ 1,99 juta, Selandia baru sebesar US$ 656.784, Denmark US$ 116.071, Belanda sebesar US$ 69.347.
Sedangkan di periode Januari-April 2015, menurut Badan Pusat Statistik, impor garam mencapai 486.509 ton atau US$ 21,8 juta. Garam impor tersebut berasal dari lima negara. Australia sendiri kembali menempati posisi teratas untuk jumlah impor garam ke Indonesia yaitu 47.235 ton atau senilai US$ 2,3 juta. Untuk India, berada urutan kedua sebagai pengimpor garam ke Indonesia yaitu sebanyak 47.362 ton atau US$ 1,9 juta. Selanjutnya, dari Selandia Baru sebanyak 552 ton atau senilai dengan US$ 223 ribu. Dan, dari Singapura 4,1 ton atau US$ 20 ribu dan, Negara lainnya 11,4 ton atau US$ 6.382
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H