Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Demang Sukma Amijaya

Diperbarui: 29 Mei 2024   11:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

      Pernah nonton film si Pitung? Nah ada tokoh antagonis dalam film si Pitung yaitu yang bernama Ki Demang. Ki Demang digambarkan sebagai antek Belanda yang  berasal dari orang asli Betawi yang diberi jabatan oleh Belanda dan bergelar Demang. Untuk melaksanakan tugasnya, Ki Demang ditemani dengan para tukang pukul bayaran guna memaksakan kehendak sang Demang.

      Ki Demang adalah potret perpanjangan tangan Belanda dalam menindas rakyat Indonesia. Ki Demang memiliki kekuasaan yg besar hingga bisa memaksakan pungutan pajak yang tinggi pada sesama rakyat Betawi. Padahal Ki Demang pun besar dan tumbuh bersama mereka.  Untuk mempertahankan jabatan Demangnya, dia harus makin hari makin banyak setorannya ke Belanda. Tidak peduli rakyat sengsara, yang penting Ki Demang tetap menjadi Demang. Yang penting jabatannya langgeng. Tawaran harta, tahta dan wanita ketika seseorang menjadi antek Belanda yang bergelar Demang berhasil membutakan mata hati.

       Berbeda dengan Demang di Betawi, Demang di Tasikmalaya adalah Demang yang tidak berjiwa pengecut. Demang di Tasikmalaya adalah Demang satu satunya yang berasal dari santri. Tingkah laku Demang Tasikmalaya yang bernama Demang Sukma Amijaya, berbeda dengan Demang Lainnya. Yang dipikirkan bukan bagaimana mencari muka pada pemerintahan Belanda, namun berpikir bagaimana dengan jabatannya sebagai Demang, rakyat Tasikmalaya tidak menderita.

        Sebuah output yang berhasil dari gemblengan sebuah pesantren di Tasikmalaya adalah sosok Demang Sukma Amijaya ini. Kita bisa melihat bahwa tidak sedikitpun Demang Amijaya  terlena dengan sebuah jabatan yang biasanya akan merubah seseorang menjadi hubud dunya. Demang Sukma adalah potret waj alna lil muttaqiina imama. Figur-figur seperti inilah yang mestinya dijadikan pahlawan nasional. Meskipun beliau bertindak lokal (Act locally), pemikirannya harus dipakai oleh siapapun yang memegang tampuk kepemimpinan nasional.

     Bersama dengan Bupatinya, beliau merancang sebuah strategi untuk mengenyahkan si penghisap kekayaan  tanah Indonesia yaitu kolonial Belanda. Rakyat kecil tidak boleh menderita terus-menerus di tanahnya sendiri.

     Jika kita mau membandingkan antara Ki Demang di film si Pitung vs Demang Sukma, maka sebagai sivitas akademika sebuah lembaga Islam, kita patut berbangga. Hasil didikan pesantren lah yang membuat seseorang memiliki empati pada rakyatnya. Lulusan pesantren lah yang membuat seseorang tidak hubud dunya. Lulusan pesantren lah yang membuat seseorang yang memegang jabatan menjadi sadar dan bertanya dalam hati tentang"bagaimana caranya melalui jabatan saya, rakyat yang saya pimpin menjadi sejahtera"

      Kerangka pemikiran Demang Sukma Amijaya adalah pola pikir seorang pemimpin yang memang pantas untuk menjadi pemimpin. Beliau berpikir bagaimana caranya rakyat bisa terlepas dari penderitaan. Dengan kata lain, sudah ada pemikiran untuk memakmurkan rakyatnya dibanding memperkaya diri sendiri dan melanggengkan kekuasaannya hingga anak cucu. Sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang dicintai oleh rakyatnya dan rakyatnyapun mencintainya. Ditambah dengan keberaniannya melawan kolonial telah melengkapi sosok ketokohan putra Tasikmalaya ini.

     Semoga bermanfaat.

Jangan lupa like dan komen ya, agar tulisan ini tetap diatas dan bisa dibaca lagi oleh pembaca lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline