Lihat ke Halaman Asli

Ya Memang Kok, Jokowi Bekerja Hanya untuk Menang

Diperbarui: 10 Januari 2019   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto:nusakini.com


Tidak mudah menjadi seorang Joko Widodo. Itu sudah pasti. Sebab segala tindak tanduknya sebagai Presiden akan selalu mendapatkan komentar negatif dari oposisi. Bahkan untuk perbuatan yang baik sekalipun.

Kita jadi teringat kisah Agus Salim. "Leiden is lijden!", memimpin adalah menderita. Pepatah kuno Belanda itu dikutip oleh Mohammad Roem dalam karangannya berjudul "Haji Agus Salim, Memimpin adalah Menderita" yang pernah dimuat di Majalah Prisma (1977).

Karangan itu mengisahkan keteladanan Agus Salim. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh perjuangan nasional, diplomat ulung dan disegani dunia. Namun, hidupnnya sangat sederhana dan terbatas dari sisi materi.

Jika dicermati, ungkapan tersebut sangat sarat makna. Memimpin adalah amanah bukan hadiah. Memimpin adalah 'sacrificing', bukan 'demanding'. Memimpin adalah berkorban, bukan menuntut.

Dalam konteks berkembangnya teknologi informasi hari ini, ungkapan "memimpin adalah menderita" masih berlaku, namun memiliki penampakan yang lain. Apalagi pemimpin yang benar-benar amanah, bekerja sungguh-sungguh dan lurus, maka semakin menderita.

Dan, untuk saat ini, Jokowi bisa dikatakan sedang mengalaminya.

Betapa tidak, meskipun dirinya benar-benar bekerja untuk rakyat, tetapi suara miring yang berusaha mendelegitimasi dirinya masih saja terjadi. Asalnya, tentu saja dari pihak oposisi.    

Kita bisa menunjuk banyak kasus untuk hal ini. Misalnya, yang paling belakangan adalah suara miring dari Fahri Hamzah, politisi yang (dulunya) dari PKS.

Dalam sebuah pernyataan di media, Fahri menuduh bahwa segala rapat kabinet dan pengelolaan pemerintahan Presiden Jokowi saat ini hanya bernuansa untuk meraih kemenangan di Pemilu. Konsekuensinya, menurut Fahri, seluruh kebijakan Jokowi selama empat tahun ini, hanya untuk mengejar suara elektoral dan kemenangan di Pemilu saja. Tak ada logika rakyat di belakangnya.

Tentu saja, tuduhan dari Fahri Hamzah ini sungguh problematis. Sebab, itu berbeda dengan tujuan dan manfaat pembangunan yang benar-benar telah dirasakan oleh rakyat hari ini. Artinya, tak seluruhnya tepat bila semua kebijakan Jokowi hanya untuk Pemilu.

Plesetan isu, tuduhan bias data, dan kebohongan adalah makanan sehari-hari Presiden Jokowi.    

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline