Lihat ke Halaman Asli

Intimasi Jokowi

Diperbarui: 1 November 2018   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto:strategi.id

Oleh: Aulad Mustaqbal

Dalam situasi sulit, baik yang terjadi secara deterministik, maupun yang berlangsung karena sebab-sebab tersengaja, personalitas terpuji bukanlah figur intelek, pemikir, atau ideolog tangguh, melainkan sosok yang peduli. 

Sejauh ini, karakter inilah yang paling identik dengan figur Jokowi. Sebagaimana tampak dalam setiap ikhtiarnya mendatangi rakyat yang tengah dilanda musibah. 

Merangkul, memeluk, menundukkan kepala, dan melibatkan perasaan secara intens dalam suasana kesedihan rakyat, senantiasa menjadi pilihan dalam etos kepemimpinan Jokowi, sejak menjadi Walikota di Solo, Gubernur DKI, hingga dipercaya menjadi Presiden.

Jokowi tidak bisa dipisahkan dari sikap peduli dan empati. Ia tidak banyak bicara, lebih terlihat banyak bekerja, dan yang mengemuka dari personalitasnya adalah kepedulian. Hampir tak ada persoalan yang mencemaskan rakyat kecil,  yang luput dari jangkar kepeduliannya. 

Kepedulian dan empati, tentu tak dapat menyelesaikan masalah, tapi mampu menenangkan dan meredakan kecemasan, hingga yang sedang kepayahan kembali bangkit, dengan optimisme dan gairah, menyongsong masa datang yang lebih cerah.  

Kepedulian yang tak dibuat-buat itulah yang kemudian memosisikan Jokowi sebagai pemimpin yang populis. Ia sangat berhati-hati dengan setiap kebijakan yang menurut pertimbangannya dapat memicu peningkatan kecemasan rakyat kecil. 

Di kalangan kaum intelektual, boleh jadi populisme adalah pilihan yang tak relevan dalam situasi yang membutuhkan penyelesaian sistemik dan menyeluruh, namun di level akar rumput, figur Jokowi beroleh ruang yang lapang. Setiap kali ada bencana, rakyat menunggu-nunggu kehadirannya. 

Setiap kali muncul masalah pelik yang berakibat pada semakin susahnya hidup orang-orang kecil, Jokowi datang dengan segenap kebersahajaan, berbicara sekenanya, dan sisanya adalah bersentuhan guna merasakan debar jantung orang-orang yang sedang dikepung kepayahan. 

Bagi mereka, kehadiran Jokowi, terasa amat menenangkan, hingga eskalasi kekhawatiran terbendung, lalu beralihrupa menjadi optimisme dan stamina baru untuk kembali bangkit dan melanjutkan hidup yang masih panjang.

Kepedulian Jokowi lama-lama menumbuhkan kekariban yang intim, dan tiada mungkin  dapat  dipisahkan lagi. Alih-alih dapat dijauhkan, yang tumbuh malah kerinduan. Apapun bentuk tudingan dan modus kebohongan yang dirancang guna menggerus keterpujian Jokowi, keintiman yang berurat-berakar di antara Jokowi dan rakyatnya telah beralihrupa menjadi benteng, yang hingga kini sukar ditembus atau dibobol oleh kekuatan sebesar apapun, dari arah mana pun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline