Lihat ke Halaman Asli

Andri Limka

Mahasiswa

Sudah Yakin Mau PTM?

Diperbarui: 27 Agustus 2021   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keceriaan anak-anak kala bertemu. Image by  stokpic from Pixabay. 

Dunia pendidikan akhir-akhir ini dihebohkan oleh berita akan kembali dibukanya sekolah bagi para siswa untuk pembelajaran tatap muka (ptm) terbatas.

Tentu saja dalam hal ini hanya sekolah di daerah yang memenuhi syarat yang diperbolehkan untuk mengadakan ptm terbatas, yaitu daerah yang melaksanakan PPKM (Perberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) level 1-3.

Beberapa persyaratan yang juga harus dipenuhi dalam pelaksanaan kegiatan itu seperti guru/tenaga pendidikan harus sudah divaksin dua kali.

Sedangkan sekolah juga mesti tetap menerapkan protokol kesehatan seperti siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dilakukan secara bergantian sebab kapasitas dalam kelas hanya boleh terisi maksimal 50%. Syarat lainnya adalah tetap memakai masker, menjaga jarak 1,5 meter dalam kegiatan pembelajaran di kelas, tidak ada aktivitas kumpul-kumpul atau makan di kantin laiknya yang biasa dilakukan anak sekolah saat jam istirahat.

Menyimak beberapa aturan yang ditetapkan, terlihat tidak terlalu berat dan dapat diterapkan di sekolah.

Namun ada hal yang mesti ditilik lebih lanjut, yaitu jenjang siswa yang mengikuti ptm terbatas ini, yang mana adalah siswa SMA, SMK, MA, SMP, MTs, SD, MI, dan program kesetaraan.

Jenjang yang seharusnya menjadi fokus utama dalam pelaksanaan protokol ini agar berjalan dengan efektif sebagaimana yang diharapkan adalah siswa SD dan yang setara.

Sebagaimana yang kita ketahui, siswa SD rata-rata memiliki kepribadian yang aktif. Mereka senang bercanda dan bemain dengan teman sebayanya, yang artinya aktivitas itu dilakukan dengan jarak yang dekat (bahkan bersentuhan). Apalagi mereka sudah tidak bertemu selama kurang lebih satu setengah tahun.

Hal ini mengindikasikan ada kemungkinan mereka akan sulit dicegah untuk tetap bercengkerama satu sama lain bila telah bertemu.

Jika mereka diberi tahu mengenai protokol kesehatan juga mungkin tidak semua anak dapat menangkap dan mengertinya dengan baik. Alih-alih berharap proses pembelajaran tatap muka lebih efektif dibanding daring, malah mungkin akan kembali meningkatkan kasus pasien covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline