Lihat ke Halaman Asli

Andri Lestari

Menjadikan hobi sebagai penghasilan

Janda Bolong

Diperbarui: 5 Oktober 2020   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Aku mau janda bolong, Bang," rengekku pada lelaki berhidung standar yang sedang berbaring di sampingku. Lelaki itu tidak menjawab. Ia masih fokus menatap layar ponsel yang menyala. Berulang kali aku menggoyang bahunya, tapi hanya gumaman yang ia keluarkan.

"Bang! Kalau abang nggak mau, aku aja besok ke hutan belakang rumah. Kata Kak Ita di situ banyak janda bolong tumbuh liar." Aku kembali bersuara.

"Nggak boleh, Manis. Kamu sedang hamil besar. Nggak bagus main-main ke hutan. Pamali kata orang tua, mah." Bang Paijo menjawab juga. Namun, jemarinya masih asyik berselancar di ponsel sejak satu jam tadi.

"Jadi gimana juga?" tanyaku kesal. Wajar, toh, kalau aku kesal. Berulang kali diajak ngobrol, tapi tanggapannya datar begitu.

"Ya, besok Abang yang cari. Kamu siapin aja potnya!"

Berhari-hari aku menanti, Bang Paijo tak kunjung menunaikan janjinya. Keinginanku untuk memiliki janda bolong sudah tak tertahankan lagi. Entah kenapa begitu menggebu, padahal sebelumnya aku tidak terbiasa menanam bunga. Kurasa keinginan di saat hamil begini memang aneh-aneh.

Banyak memang yang menjual jenis tanaman itu di sosial media. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, akan tetapi karena ingin berhemat, aku tidak mau tergiur untuk membeli, disebabkan untuk membeli pot dan pupuk saja sudah menguras tabungan untuk melahirkan. Bang Paijo bukanlah suami yang punya penghasilan berlebih, syukur gajinya bisa menutupi kebutuhan sehari-hari, sisanya kumasukkan ke tabungan plastik berbentuk ayam. Pun tanaman itu banyak tumbuh di hutan, hanya memerlukan tenaga dan waktu saja untuk mengambilnya.

"Bang! Udah seminggu. Mana juga janda bolongnya? Abang nggak mau cariin? Apa perlu aku minta tolong sama suami orang?" Rasa kesalku semakin menjadi-jadi.

"Iya, iya! Besok pagi-pagi Abang berangkat. Siapkan saja perlengkapan Abang. Beberapa lembar baju sama pakaian dalam!

"Lha, ke hutan ngapain bawa perlengkapan baju segala?"

"Kan, mana tau harus bermalam. Karena banyak yang harus dicabut. Siapin aja buat jaga-jaga.'

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline