Film Lemantun merupakan sebuah film pendek karya sutradara muda Wregas Bhanuteja. Film yang di produksi saat sang sutradara masih menjadi mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IJK). Yang juga merupakan tugas akhir sang sutradara saat masih menjadi mahasiswa di IJK. Berdasarkan dari video behind the scene, film Lemantun diangkat dari kisah nyata sang sutradara. Dimana dari kisah tersebut terciptalah sebuah ide film pendek yang berdurasi kurang lebih 24 menit.
Film ini dibintangi oleh artis senior dari Jawa Tengah yaitu Tatik Wardiono (Ibu), Den Baguse Ngarsa (Anak 1), Agus Kencrot (Anak 2), Freddy Rotterdam (Tri), Titik Renggani (Anak 4), Trianto Hapsoro (Anak 5). Serta film ini telah mendapatkan beberapa penghargaan dari Jogja Asian-Netpac Film Festival 2014, Piala Maya 2015, dan Film Pendek Fiksi Terbaik XXI Short Film Festival 2015.
Film yang mengisahkan tentang sebuah keluarga yang memiliki lima orang anak yang masing-masing anak memiliki nasib yang berbeda. Di awal film semua anak yang ada tengah berkumpul di rumah sang ibu. Lalu sang ibu membagikan sebuah warisan kepada setiap anak. Yang di mana warisan tersebut bukan berupa sebuah rumah ataupun sebidang tanah melainkan sebuah lemari (lemantun).
Setiap anak berhak memiliki satu buah lemari yang ditentukan dari hasil pengambilan sebuah nomor yang di acak. Setelah semuanya mendapatkan lemari yang sesuai dengan nomor yang di dapat sang ibu memberikan sebuah amanat yang harus dilakukan saat itu juga. Amanatnya hanya memerintahkan anak-anaknya untuk membawa lemari yang di dapat pada hari itu juga. Selambat-lambatnya sore hari harus sudah dibawa ke rumah sang anak masing-masing.
Sang tokoh utama yaitu Tri yang di perankan oleh Freddy Rotterdam melambangkan sebuah perasaan yang redup. Dalam artian redup dalam nasib hidup yang dijalaninya. Tidak seperti saudara-saudaranya yang lain yang nasib hidupnya lebih baik darinya. Dalam kegelisahan yang menyelimuti sang tokoh utama karena amanat yang diberikan sang ibu.
Tokoh Tri tetap menerima segala keadaan yang menimpa padanya. Tanpa mengeluh Tri tetap melakukan apa yang bisa ia lakukan. Dimana pada akhir film hanya ada beberapa lemari yang di gunakan dengan baik. Lemari yang bukan simbol dari sebuah harta melainkan simbol dari sebuah penghormatan dan amanat yang harus tetap dijaga oleh setiap anak kepada orang tuanya.
Sebuah film yang penuh makna ini tidak berbelit-belit alur ceritanya hanya saja memerlukan kepekaan emosional untuk bisa memahami isi dari film ini. Menggambarkan sebuah kehidupan yang harus bisa dijalani dengan legowo tanpa pamrih dan rasa mengeluh sedikit pun itulah yang didapat dari film ini. Cerita sederhana yang di tampilkan dalam film lemantun memberikan kesan yang mengalir begitu saja bagi siapa pun yang menontonnya.
Dalam setiap tokoh yang ada, para pemerannya sukses membuat karakter setiap tokoh menjadi hidup. Terutama pada tokoh Tri yang menjadi tokoh utama dalam film ini. Penonton akan dibawa pada perasaan dan emosi yang digambarkan oleh sosok Tri. Dalam Setiap tingkah lakunya sosok Tri menunjukkan sikap yang "Nerimo" atau menerima segala keadaan yang ada. Wajahnya selalu tersenyum walaupun keadaan batinnya sedang berguncang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H