Lihat ke Halaman Asli

Andri Lesmana

Maju atau tidak sama sekali

Darah dan Keringat

Diperbarui: 24 Februari 2021   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

          Awan kelabu menutupi negeri yang kaya raya ini. Negeri yang ratusan tahun dibayang-bayangi oleh bangsa asing. Negeri yang rakyatnya diinjak-injak harga dirinya oleh bangsa lain. Negeri ini seakan tak mampu bertahan dari serangan-serangan yang merusak cita-cita bangsa. Cita-cita yang luhur dari nenek moyang kami. Harus rela direnggut oleh keserakahan bangsa asing.

         Keceriaan wajah yang terpancar dari para rakyat perlahan mulai memudar setelah mereka tahu bahwa mereka sedang dikendalikan seperti boneka kayu oleh bangsa lain. Dengan tali-tali yang mengikat tangan dan kakinya, boneka kayu itu dapat dengan mudah di gerakan sesuka hati mereka. Rasa kemanusiaan yang hilang dari tatanan dunia menandakan awal kehancuran bagi bumi yang di huni oleh manusia di dalamnya.

         Tahun 1643 seluruh wilayah negeri ini diduduki oleh bangsa asing. Monopoli ekonomi menjerat rakyat pribumi yang tak berdaya. Semuanya mati dan harus tunduk pada penjajah yang biadab itu. Sejalan dengan waktu yang berjalan cepat maka semakin banyak pula rakyat pribumi yang tertindas.

         Desa Mangun Rejo yang para penduduknya bergantung pada hasil alam, harus mampu bertahan dari pajak yang seperti mencekik leher kambing dan diikat di sebuah batang pohon. Maka dengan itu jelas para penduduk tak bisa berkutik dengan keadaan. Ditambah para tentara kolonial yang tak segan menembak mati rakyat yang tidak mau menuruti perintah kolonial.

         Di hari yang sangat terik Sutan berjalan di pematang sawah yang becek dan licin. Sebuah teriakan terdengar di telinganya. Dengan begitu sigap ia tahu siapa yang memanggilnya itu. Segera aku hampiri menuju sumber suara itu.

" Ada apa kau memanggilku Danu?" kataku

" Aku butuh bantuanmu Sutan. Tolong aku membawa jerami-jerami ini." Pinta Danu

" Baiklah, tapi ini banyak sekali jerami yang harus di angkut." Kataku

" Ya mau bagaimana lagi. Tapi aku sudah mencoba segala cara tetap saja tidak bisa. Makannya aku meminta bantuanmu." Sambung Danu

" Ya ayolah semakin cepat kita mengangkut jerami ini semakin cepat kita beristirahat." Kataku

         Pemandangan yang tak aneh didesa ini jika seorang anak yang usianya saja belum genap 8 tahun harus mengangkut jerami yang banyak sendirian. Para orang tua sibuk mengurusi ladangnya masing-masing. Sementara anak-anaknya harus membantu pekerjaan yang lain. Keadaan yang memaksa mereka seperti ini karena biasanya tentara kolonial akan menarik pajak ke desa ini satu minggu sekali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline