Gaung kemenangan membahana diseantero negeri, terasa euphoria bergelombang di dalam hati dan pikiran. Orang-orang bernyanyi untuk menyambut sebuah kemerdekaan yang telah lama ditunggu berpuluh-puluh tahun. Teriakan “Reformasi” berkumandang dengan lantang dan keras memenuhi gendang telinga rakyat Indonesia. Itulah bayangan penulis, yang mencoba dengan daya khayal tinggi menggambarkan suasana 14 tahun yang lalu. Walaupun masih jauh dari realita 21 mei 1998.
Apa artinya kejadian 14 tahun lalu bagi kita? Apakah dengan reformasi kita mendapatkan uang yang melimpah? Apakah kesejahteraan telah merata bagi rakyat Indonesia? Apakah pendidikan dewasa ini telah meningkat dengan harga yang terjangkau bagi kalangan miskin papa?
Tentu semua hal yang ditanyakan tersebut belum terealisir di nusantara megah. Kemiskinan masih berteman dengan kurang lebih 30 juta orang penduduk Indonesia, busung lapar masih berhamburan di daerah penghasil pangan, anak-anak jalanan masih belum menikmati kesempatan yang sama dalam pendidikan, kastanisasi pendidikan dengan embel-embel internasional mulai menjamur. Lalu apa artinya reformasi 14 tahun yang lalu?
Memang reformasi 14 tahun yang lalu bergulir belum berikan hasil yang signifikan. Namun hal tersebut bukanlah pembenaran untuk mengatakan,”Reformasi hanya membiarkan kami untuk bebas ngomong,bukan buat kami bebas lapar.” Paradigma berfikir yang salah,jika kita berpikir lalu mengatakan hal tersebut. Reformasi bukanlah khayalan lampu ajaib,yang setelah kita dapatkan dan gosok-gosok pinggirnya keluar jin yang mampu mengabulkan apa keinginan kita. Reformasi bukanlah seperti analogi khayalan lampu ajaib. Lalu apa arti reformasi bagi kita?
Reformasi ibarat gelas kosong, yang apabila tidak diisi air segar ,maka kita tidak akan mendapat kesegaran pada tubuh kita. Reformasi tidak akan bermakna dan berarti bagi kita, jika kita tidak melanjutkan dengan perjuangan mengisi reformasi tersebut. Perjuangan mengisi reformasi harus kita lakukan terus menerus tanpa henti sampai kiamat melanda kita.
Perjuangan mengisi reformasi tidak hanya sekedar mengisinya, namun kita harus memperhatikan dengan apa kita mengisi reformasi tersebut. Jika kita mengisi reformasi dengan ketidak jujuran, kemalasan, korupsi, perpecahan bangsa, kebencian, keraguan, dan keapatisan, maka telah jelas kita akan mendapatkan kesia-siaan reformasi.
Reformasi pun ibarat pedang bermata ganda,yang mampu menebas musuh-musuh dan juga bisa menebas kepala kita. Reformasi merupakan tantangan yang harus kita kendalikan agar kita mampu membunuh semua musuh bangsa dan kita berlenggak-lenggok dengan lancar menuju rumah kebahagian dengan selamat.
Refomasi sama dengan perjuangan, perjuangan mengisinya dan mengarahkan agar mampu memberikan apa yang menjadi cita-cita bangsa dan Negara. Janganlah kita serta-merta menyalahkan reformasi tidak membuat kita sejahtera, namun tanyakanlah apakah kita telah mengisi dan mengarahkan reformasi sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita bangsa dan Negara?
Reformasi tidak akan pernah berhenti. Reformasi akan terus berlanjut sampai kapan pun. Karena hakikat reformasi adalah kedinamisan dan keberlanjutan. Teruslah berjuang,jangan sampai reformasi menebas kepala-kepala kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H