TikTok dan Tradisi: Apa Hubungannya?
Siapa sangka, aplikasi yang sering digunakan untuk joget-joget atau konten hiburan kini menjadi alat promosi budaya? Desa Mander, yang terletak di Kabupaten Serang, Banten, mengambil langkah berani untuk mengenalkan budaya khas mereka, Rampak Bedug, melalui TikTok. Tradisi ini, yang kaya akan irama tabuhan dan energi kolektif, siap diangkat ke panggung dunia digital.
Lewat program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang digagas oleh mahasiswa Universitas Pamulang, TikTok dipilih sebagai medium kreatif untuk memperkenalkan tradisi ini. Selain karena popularitasnya, platform ini juga dianggap mudah diakses oleh berbagai kalangan, khususnya generasi muda.
Dari Balai Desa ke Dunia Maya
Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, 18-20 Oktober 2024, di Balai Desa Mander. Pesertanya bukan hanya anak muda, tetapi juga masyarakat yang ingin tahu bagaimana media sosial bisa digunakan untuk melestarikan budaya.
Rangkaian acara dimulai dengan sesi ceramah tentang potensi TikTok sebagai alat promosi. Kemudian, peserta diajak praktik membuat konten---mulai dari pengambilan video, pemilihan efek, hingga trik menyisipkan cerita budaya yang menarik.
"Saya nggak nyangka, bikin video TikTok itu seru banget! Apalagi bisa sekalian ngenalin budaya kita," ujar seorang peserta yang juga petani setempat.
Hasilnya? Kreativitas Tanpa Batas
Antusiasme peserta benar-benar terlihat. Dari berbagai video yang dihasilkan, semuanya menampilkan Rampak Bedug dengan gaya berbeda. Ada yang menggunakan efek transisi modern, ada pula yang menambahkan cerita pendek tentang asal-usul tradisi ini. Dalam waktu singkat, beberapa video bahkan mulai menarik perhatian di platform tersebut.