Lihat ke Halaman Asli

Bincang-Bincang PR dan CEO

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1422852430572469388

Bertempat di Financial Hall Graha CIMB Niaga Jakarta, 29 Januari 2015, seratusan orang dari berbagai kalangan (PR, pemerintah, swasta, dan undangan lainnya) menghadiri CEO Luncheon Forum. Acara ini digagas oleh BPP Perhumas dengan Ketua Umum terpilihnya Agung Laksamana. Forum diskusi yang mengambil tema “What CEO Wants from PR” menghadirkan tiga orang CEO sebagai pembicara utama, yaitu Tigor M. Siahaan (CCO Citi Indonesia), Gunawan Susanto (Presiden Direktur IBM Indonesia), dan Tony Wenas (Presiden Direktur Berkat Resources Indonesia). Dian Anggraeni Umar (Executive Director & PR Strategist Holistic Jakarta) didaulat sebagai moderator dalam diskusi ini.

[caption id="attachment_366917" align="aligncenter" width="700" caption="CEO Luncheon Forum"][/caption]

Pada pengantarnya, Agung Laksamana mengatakan ada tiga hal utama yang bisa menjadi bahan diskusi mengenai profesi PR. Pertama, profesi PR sudah menjadi pekerjaan internasional yang borderless. Sekalipun seorang PR tidak pernah meninggalkan Indonesia secara fisik, tetapi internet dan teknologi komunikasi telah memungkinkan praktisi PR memiliki konektivitas secara instan ke seluruh penjuru dunia. Kedua, dengan adanya teknologi, semua konektivitas antara sesama praktisi PR dan media di seluruh dunia mutlak menjadi horisontal. Apa yang praktisi PR saat ini ketahui mengenai apa yang sedang terjadi dalam organisasi, dalam hitungan detik semua sudah meretas luas dan diketahui seluruh dunia. Ketiga, banyak orang masih menganggap bahwa PR berarti “image making”, menciptakan sebuah imej palsu, menutup-nutupi fakta (spinning), dan anggapan lain yang berkonotasi negatif.

Gunawan Susanto yang mendapat kesempatan pertama, dalam pemaparannya mengatakan, “Kesuksesan perusahaan tergantung dari eksekusi rencana, bukan hanya perencanaan yang matang. Eksekusi rencana dilakukan oleh seluruh karyawan. Apa yang dilakukan seluruh karyawan tergantung dari komunikasi yang dilakukan PR dalam menerjemahkan rencana perusahaan.” “Intinya adalah how to communicate company policy, target, mission, direction, etc,” tambah Gunawan.

Bagi Tigor M. Siahaan, praktisi PR yang ada dalam perusahaan harus ikut berada di depan, menggodok rencana, dan menjadi partner diskusi bagi para dewan (BOD). “PR harus memastikan kesamaan satu visi kepada seluruh karyawan perusahaan.”

Dalam pengalamannya memimpin perusahaan yang bergerak di bidang tambang, Tony Wenas menjelaskan bahwa tugas utama PR bukan sekadar berkutat mengenai pemberitaan media massa, melainkan bagaimana mengedukasi masyarakat yang ada di sekitar tambang (kegiatan operasional) mengenai nilai-nilai perusahaan. “PR it’s not only about good news for company, but creating value for company,” jelas Tony.

[caption id="attachment_366918" align="aligncenter" width="700" caption="(ki-ka: Tony Wenas, Sirly W. Nasir, Agung Laksamana, Gunawan Susanto, dan Tigor M. Siahaan)"]

1422852651478328288

[/caption]

Dalam diskusi yang bertajuk senada dengan buku kedua Agung Laksamana yang baru diluncurkan ini, terungkap apa yang sebenarnya CEO inginkan dari profesional PR mereka. Tentu saja, semua CEO di dunia ini menginginkan profit yang cenderung meningkat dari perusahaannya. Nah, di sinilah letak posisi profesional PR dalam mewujudkan keinginan CEO. Profesional PR diharapkan mampu mengetahui segala sesuatu tentang bisnis perusahaan. Tidak hanya mengetahui, tetapi juga mampu menciptakan nilai-nilai perusahaan di masyarakat. Dengan begitu, keinginan CEO bisa terwujud sejalan dengan program-program PR yang dijalankan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline