Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Apa Dosa, Pemulung yang Terbaring Setahun dan Rasa Kemanusiaan

Diperbarui: 10 Januari 2019   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

~Ryan Nong

Ruangan Kelas 3 RS Siloam Kupang tampak tenang sore itu. Di bangsal yang dihuni pasien laki laki, tidak ada aktivitas yang berarti. Para pasien tampak tenang beristirahat ditemani keluarga yang menunggui di samping tempat tidur.

Di ujung ruangan, di atas bed nomor A-12, seorang lelaki tua tampak bersandar di atas tempat tidurnya. Ia hanya bercelana pendek tanpa mengenakan baju. Di sisi kanan perutnya, tampak beberapa helai tisu menempel.

Demikian di lengan kirinya yang kurus, selang infus menusuk persis di pergelangan tangannya. Ia adalah Yohanes Apa Dosa (56), lelaki pemulung yang menderita lebih dari setahun usai dioperasi perutnya.

Ketika tujuh laki-laki datang menghampiri isterinya yang duduk di samping tempat tidur, ia memandang tanya. Laki laki yang berbadan gempal memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud kedatangan mereka usai bersalaman. Ketika mereka menyalaminya, Yohanes berkaca-kaca dan ia mulai menangis.

Ia terharu ketika ada orang yang tidak ia kenal menyempatkan diri untuk mengunjungi dan ingin berbagi meringankan beban mereka. Tampak terbata dengan kata yang tak begitu jelas terdengar, ia mulai bertutur tentang kesakitan yang ia alami.

Erasmus Jogo (37) sang koordinator kelompok yang sore itu bersama Fanyes Dethan, Tony Naebobe, Elvis Sutisno mewakili angkatan komunitas Mahasiswa Magister Manajemen Unwira angkatan 28 lalu mulai berbagi dengannya didampingi isterinya.

Mereka memberi penguatan dan hiburan bagi keluarga itu, usai mendengar informasi dari rekan mereka tentang penderitaan yang dialami keluarga pemulung yang tinggal di RT.25/RW.05 Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa Kota Kupang itu.

Tidak hanya datang untuk mengunjungi dan menghibur, mereka juga memberi sedikit bantuan yang berhasil mereka kumpulkan dari rekan mereka dalam komunitas Mahasiswa Magister Manajemen (MM) Unwira angkatan 28.

Kepada POS-KUPANG.COM di RS Siloam, Ras, sapaan akrab Erasmus menjelaskan, mereka tergerak untuk membantu Yohanes dan keluarga yang mengalami kemalangan akibat sakit yang diderita. Meskipun kini biaya perawatan di RS Siloam telah ditanggung oleh pemerintah, namun mereka ingin membantu sebisa mereka untuk meringankan beban keluarga.

Kondisi kesehatan bapak Yohanes sangat memprihatinkan, rumahnya sangat sederhana dan dibangun di atas tanah bukan milik mereka. Rumah mereka butuh perhatian, tentu untuk biaya lain lainnya," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline