Lihat ke Halaman Asli

Andrian Kharisma

Mahasiswa yang suka nyambi apa aja

Kemerdekaan dari Kursi Roda

Diperbarui: 17 Agustus 2018   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: merdeka.com)

Agustus tiba di pertengahan bulannya. Tanggal berwarna merah di kalender yang selalu dinanti, 17 Agustus. 73 tahun yang lalu, Ir. Sukarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, sebuah langkah awal bagi negeri ini untuk bisa berdiri dengan kakinya sendiri.

Proklamasi ibarat langkah awal menuju gerbang bernama kemerdekaan. Sudah 73 tahun juga Indonesia menjadi negara yang merdeka, namun apakah semua rakyatnya merasakan kemerdekaan yang sama?

Pagi ini, menjadi puncak dari penantian yang sudah ditunggu-tunggu. Karang taruna dan sekelompok pemuda lainnya mempersembahkan acara peringatan kemerdekaan di lingkungannya. 

Bapak-bapak bisa bangun lebih siang dibanding hari-hari sebelumnya, lalu menyeruput kopi dengan santai tanpa takut terjebak kemacetan karena hari ini libur nasional.

Anak-anak kecil sudah merepotkan ibunya pagi-pagi, meminta tolong dicarikan baju berwarna merah, mengambil sepeda penuh dengan hiasan bernuansa merah putih dan pergi menghampiri bapaknya untuk meminta uang bekal jajan. Dengan semangatnya, anak-anak itu mengayuh sepeda ke lapangan tempat perlombaan.

Kemerdekaan diperingati oleh berbagai usia dengan berbagai cara. Yang muda membuat lomba. Bapak-bapak ikut lomba panjat pinang. Ibu-ibu heboh tarik tambang. Anak-anak lomba balap karung dengan riang. Tua-tua menyusuri jalan sambil mengayuh sepeda ontel kesayangan.

Namun Yuhina Halmahera masih saja terbaring di tempat tidurnya, tatkala yang lain pergi memperingati hari ulang tahun Indonesia dengan berbagai cara. Ingin hati mengikuti lomba makan kerupuk, tapi apa daya membayangkan berjalan ke tempat perlombaan malah membuat semakin terpuruk. 

Yuhina mengalami kecelakaan yang menyebabkan dirinya harus menggunakan kursi roda. Harapan untuk berjalan normal selalu ada, namun membutuhkan waktu satu atau paling lama dua tahun agar kakinya mampu menapak dengan kukuh lagi di tanah.

Kecelakaan itu terjadi beberapa bulan setelah lulusnya Yuhina dari sekolah menengah atas. Yuhina yang lolos seleksi masuk perguruan tinggi harus mendaftar ulang ke perguruan tinggi negeri ternama impiannya. Nahasnya, ketika menyebrang ia ditabrak oleh mobil yang melaju dengan cepat. 

Padahal megahnya gedung universitas impiannya sudah terlihat di depan mata, namun takdir berkata lain. Yuhina harus menjalani operasi dan bolak-balik rumah sakit untuk terapi seminggu sekali. Semua itu dilakukannya demi bisa berjalan kembali.

Semenjak kecelakaan itu, Yuhina menjadi seorang tunadaksa, penyandang disabilitas fisik. Menjadi penyandang disabilitas mengubah sebagian besar kehidupannya, terutama ketika ingin berjalan. Ia membutuhkan usaha lebih dan bantuan orang lain hanya untuk berpindah dari kamarnya menuju ruang tamu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline