Lihat ke Halaman Asli

Andriani Novitasari

Wanita yang selalu ingin belajar

Tertawa Itu Perlu

Diperbarui: 26 Desember 2020   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tertawa adalah hal yang biasa. Namun pada masa pandemi yang masih berlangsung dan belum tahu kapan akan berakhir, tertawa itu perlu. Tentu saja apabila tidak berlebihan, tertawa akan menyehatkan.

Wabah corona yang menyerang Indonesia sejak Maret tahun ini, membuat banyak orang Indonesia termasuk saya mengalami banyak perubahan, karena semua pekerjaan, sekolah, belanja menjadi lebih banyak dilakukan dengan online.

Wabah ini sering menjadikan kita menjadi takut. Rasa takut tersebut kemudian berlanjut dengan mengambil keputusan membatalkan rencana untuk bertemu teman-teman, membatalkan berlibur, membatalkan mengadakan pertemuan keluarga maupun hanya sekedar belanja di shopping mall.

Menghadapi berbagai perubahan perilaku kehidupan karena pandemi covid-19 maka "Indonesia butuh ketawa". 

Tertawa paling tidak membuat diri kita lepas sejenak dari beban tekanan hidup. Konon kabarnya ketika seseorang tertawa, maka ia melepaskan 

hormon endoprin yang membuat sesorang merasa senang dan menstimulasi perasaan bahagia di otak. 

Adapun fungsi hormon endoprin itu sendiri adalah untuk mengurangi rasa sakit, melepaskan stress tubuh dan pikiran.

Contohnya adalah hal yang kami hadapi batu-batu ini ketika saya dan keluarga telah memesan tiket serta hotel untuk liburan Natal dan Tahun Baru jauh-jauh sebelumnya. Namun mendadak, Pemerintah mengumumkan semua wisatawan yang akan berlibur ke destinasi kota yang berbeda wajib untuk melakukan tes antigen. Pada saat itu, tidak tahu harus melakukan tes antigen ke mana. Sudah telpon beberapa rumah sakit di kota saya, namun belum memahami tentang tes tersebut, karena masih belum ada instruksi.

Ketika membayangkan akan antri panjang di bandara untuk tes antiogen kami sekeluarga menjadi gamang, karena takut nantinya akan ketinggalan pesaswat. 

Setelah diskusi keluarga, akhirnya kami memutuskan membatalkan rencana liburan tersebut. Memang sedih, karena kami kehilangan uang yang tidak sedikit, kehilangan kesempatan libur Natal dan Tahun Baru yang sudah kami rencanakan sejah lama. 

Dalam menghadapi perih luka hati ini maka obat yang sederhana tapi manjur adalah tertawa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline