Jakarta - Setelah beberapa hari yang lalu JINGGA telah sukses diputar di Bonn dan mendapat respon positif disana dengan kabar baik film yang menyorot kaum disabilitas ini dijadikan bahan kajian karena memiliki pesan baik, serta berguna dan membantu perkembangan ilmu kedokteran . Lola Amaria selaku produser dan sutradara untuk JINGGA kembali melanjutkan perjalanan roadshow pemutaran dan diskusi ke Bürgerzentrum Alte Feuerwache - Köln dan Kulturzentrum Pavillon - Hannover.
Untuk acara yang diadakan di Bürgerzentrum Alte Feuerwache - Köln dilaksanakan pada Senin (17/10) dan screening filmnya dimulai pada pukul 19.30 waktu setempat. Ini adalah kali kedua Lola Amaria berkunjung ke Köln untuk pemutaran filmnya setelah sebelumnya Sanubari Jakarta (2012) juga pernah diputar disana.
Sedangkan kota selanjutnya JINGGA diputar ialah Kulturzentrum Pavillon - Hannover , disini antusiasme penontonnya juga merespon positif karya kelima dari Lola Amaria ini. Pada pemutaran dan forus diskusi film Jingga kali ini dihadiri oleh kalangan mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan disana, dosen dan seniman .
"Filmnya bagus sekali, sangat menginspirasi dan ceritanya sangat bagus . Beberapa adegan memang terasa temponya lambat, tetapi ditutup dengan kemampuan akting para pemainnya yang baik serta ada lagu-lagu . Penuh pesan film Jingga ini " ungkap Aryani Williams seniman asal Indonesia yang menetap di Jerman usai pemutaran.
Pembawa acara sekaligus translater sepanjang roadshow JINGGA di Jerman , Abdullah Malik Ibrahim juga mengungkap rasa bangganya untuk pemutaran JINGGA di Hannover "Penonton di Hannover ini paling top, reaksinya paling wah saat filmnya tadi diputar ditengah-tengah banyak yang tertawa . Pesannya emang lebih sampai kepenonton di Hannover ini mungkin karena pemutaran Bonn dan Köln lebih dominan orang asing , sedangkan disini kebanyakan orang Indonesianya yang ikut hadir."
Malik menambahkan bagi orang Indonesia yang ada disini , film JINGGA seperti memberikan informasi baru bahwa kaum disabilitas di Indonesia itu sangat kuat dalam memperjuangkan apa yang menjadi cita-cita dan mimpinya dan bisa jadi tau situasi di Indonesia sekarang itu seperti apa .
Melalui sesi diskusi Lola Amaria menyampaikan kaum disabilitas di Indonesia masih banyak yang belum paham bagaimana menangani khususnya tunanetra. Misalkan keluarga , sahabat atau orang yang berada disekitar kita tiba-tiba ada yang mendadak mengalami kebutaan entah itu faktor kecelakaan , virus , salah obat , bawaan lahir atau salah penanganan , nah pengetahuan menanganinya itu masih minim di Indonesia . Kebutaan masih dianggap sebagai penyakit kutukan. Oleh sebab itu JINGGA ini seperti media dalam memberikan support kepada kaum tunet agar tetap bisa berbaur bersama masyarakat, mengasah skill mereka , dan tentunya meraih cita-cita.
Melalui live event wawancara Lola Amaria mengungkapkan bangganya JINGGA begitu di appreciate "Selama pemutaran di Jerman , dan ini sudah kota ketiga film Jingga begitu mendapat apresiasi terutama untuk kalangan mahasiswa yang sebelumnya sempat meminta dijadikan bahan kajian tentang dunia kesehatan, disabilitas , dan kebutaan. Saya sebagai pembuat sangat bangga pastinya" .
Kota selanjutnya yang akan disinggahi Gottingen , Berlin , dan terakhir Frankfurt 29 Oktober 2016 mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H