Bergidik ku mendengar kisahmu
Tak kuasa kutahan air mataku
Entah ingin menangis ku, entah ingin teriakku
Mungkin kata tak cukup membalutmu
Wahai kau teman, sabarlah
Wahai kau teman, kuatlah
Kata itu mungkin kosong bagimu
Bagaimana kan kuat menghadapi amarah dan muntahan sang gunung?
Bagaimana hendak bernafas di tengah semaraknya abu vulkanik?
Bagaimana hendak tersenyum ketika bibir ini kering dan lelah berteriak
Bagaimana hendak melukis warna di saat yang dilihat hanya kabut vulkanik yang merajai?