Perang Rusia dan Ukraina telah menyebabkan terguncangnya politik global dan pasar perdagangan internasional di seluruh bagian dunia. Dampak yang terjadi tersebut akan menyebabkan terganggunya ekonomi dunia dalam jangka panjang. Hal tersebut terjadi dikarenakan Rusia dan Ukraina merupakan produsen pasar minyak, gas , gandum, pupuk dan bahan-bahan makanan. Rusia merupakan pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi, pengekspor gas bumi terbesar kedua serta pengekspor batubara terbesar ketiga, tidak hanya barang tambang Rusia juga merupakan pengekspor gandum terbesar di dunia, pengekspor minyak bunga matahari terbesar kedua dan mendominasi perdagangan pupuk terbesar di dunia. sedangkan Ukraina adalah pengekspor minyak bunga matahari terbesar, pengekspor jagung terbesar keempat di dunia serta pengekspor dan pengekspor gandum terbesar kelima di dunia.
Berdasarkan konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) yang diselenggarakan pada awal tahun 2022 menyebutkan bahwa Rusia dan Ukraina secara keseluruhan telah menghasilkan lebih dari setengah dari perdagangan global minyak dan biji-bijian, sekitar seperempat dari perdagangan gandum dan barley dan sekitar seperenam dari perdagangan jagung yang diperdagangkan. Rusia dan Ukraina merupakan negara pemasok utama bagi negara-negara yang mengalami kekurangan pangan di afrika utara dan timur tengah, Afrika sub-sahara, Asia Selatan dan Asia tenggara. Kedua negara tersebut juga merupakan pengekspor 100 persen gandum ke Somalia, lebih dari 75 persen ke sudan, lebih dari 80 persen ke Mesir, serta lebih dari 90 persen ke Laos, Selain itu kedua negara tersebut juga mengekspor 95 persen minyak bunga matahari ke China dan India serta lebih dari 37 persen ekspor minyak mentah dan gas alam ke Asia Tenggara. Sebagian besar negara-negara di Amerika Selatan dan tengah, Afrika Barat serta Eropa termasuk Ukraina sangat bergantung dari pupuk impor yang berasal dari Rusia. Rusia telah mendominasi dalam berbagai perdagangan komoditas terutama gas alam yang digunakan untuk bahan bakar produksi pupuk nitrogen di Eropa dan Asia Tenggara.
Negara-negara di dunia baru saja keluar dari krisis ekonomi yang diakibatkan pandemi Covid-19, dengan adanya invasi Rusia ke Ukraina menambah panjang krisi ekonomi global yang akan terjadi di dunia. Invasi tersebut telah menyebabkan tekanan inflasi dan gangguan pasokan energi dan pangan yang sangat besar. Hal tersebut disebabkan banyak negara yang ikut campur terkait perang Rusia dan Ukraina, dengan melakukan pembatasan maupun pelarangan ekspor barang-barang yang berasal dari Rusia. Dengan diberikannya sanksi terhadap Rusia maka pemerintah Rusia juga melakukan balas terhadap negara-negara yang memberikan sanksi kepada Rusia.
Hubungan perekonomian yang terjadi antara negara-negara di seluruh dunia memiliki pengaruh yang sama terhadap perang Rusia dan Ukraina. Secara nyata perang tersebut telah mengakibatkan kenaikan harga batubara, minyak mentah, dan gas alam yang dapat berdampak terhadap perekonomian dunia. Indonesia adalah salah satu negara yang terkena dampak dari kenaikan harga minyak mentah duniat. Hal tersebut disebabkan Indonesia masih bergantung terhadap BBM dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan semakin meningkatnya harga minyak mentah dunia akan menambah beban APBN dalam pemberian subsidi kepada masyarakat. Meskipun harga minyak dunia naik tinggi tetapi ketersediaan energi dalam negeri harus tetap dijaga. Apabila pemerintah tidak dapat menjaga ketahanan energi nasional maka dikhwatirkan akan terjadi krisis ekonomi yang dapat menyebabkan terjadinya inflasi. Dan situasi tersebut sudah terjadi di beberapa negara di dunia baru-baru ini seperti yang terjadi di negara Sri Lanka, dimana krisis yang terjadi diakibatkan oleh hutang negara yang terlalu besar sehingga negara tidak dapat memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Dengan tidak adanya BBM dalam negeri menyebabkan perekonomian di Sri Lanka terhenti sehingga hal tersebut menyebabkan inflasi serta meningkatnya harga kebutuhan bahan pokok, situasi terebut akhirnya memicu terjadinya kerusushan dan penjarahan di seluruh penjuru kota di Sri Lanka.
Analisa Kebijakan Kenaikan Harga BBM Terhadap Pertahanan Negara
Indonesia adalah salah satu negara di Dunia yang terkena dampak dari adanya perang Rusia dan Ukraina. Salah satu dampak yang terjadi akibat adanya perang tersebut adalah kenaikan harga BBM bersubsidi. Pemerintah saat ini telah berencana untuk mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak jenis pertalite dan pertamax, hal tersebut dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk mengurangi beban subsidi BBM di tahun 2022 yang mencapai Rp 502,4 triliun. Dengan adanya keinginan tersebut maka pemerintah berencana untuk menaikkan harga BBM pertamax dan pertalite mendekati harga keekonomiannya. Harga keekonomian pertamax adalah sebesar Rp15.150 per liter sedangkan harga keekonomian pertalite adalah Rp 13.150 per liter.
Pada tanggal 1 April 2022 pemerintah telah menaikkan harga pertamax menjadi Rp 12.500 per liter, sedangkan harga pertalite tetap pada harga Rp 7.650 per liter. Dengan kenaikan pertamax sebesar Rp 3.500 per liter kondisi perekonomian dan keamanan di dalam negeri masih dapat berjalan dengan baik, hal tersebut dikarenakan konsumen pertamax adalah masyarakat kelas menengah keatas.
Apabila pemerintah menaikkan harga pertalite mendekati harga keekonomiannya maka akan berdampak terhadap pertahanan negara. Kenaikan harga BBM tersebut dapat mengakibatkan terjadinya inflasi sebesar 6,2% year on year (yoy). Sektor- sektor yang akan mengalami dampak secara langsung seperti sektor industri manufaktur, industri properti, industri Fast Moving Consumer Good (FMCG) dan transportasi. Sehingga hal tersebut akan mengakibatkan kenaikan harga-harga kebutuhan bahan pokok masyarakat. Dengan adanya kenaikan harga maka daya beli masyarakat akan mengalami penurunan, sehingga perusahaan -- perusahaan akan menghitung ulang biaya produksi untuk mendapatkan efisiensi. Hal yang paling mengkhawatirkan dari dampak kenaikan tersebut adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHL) yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, dengan adanya hal tersebut akan menyebabkan banyaknya pengangguran yang terjadi sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi serta pertahanan dan keamanan negara.
Perkembangan ekonomi global yang tidak menentu menyebabkan ekonomi di Indonesia terkena dampaknya, baik masalah perdagangan sampai masalah lainnya seperti moneter juga ikut terkena dampaknya. Krisis ekonomi yang terjadi dapat menjadi sebuah ancaman bagi pertahanan negara. Dengan kondisi anggaran yang terbatas serta dihadapkan dengan meningkatnya harga Alutsista yang dibeli dari luar negeri, maka kekuatan minimum yang telah direncanakan sebelumnya akan mengalami kendala. Dapat kita simpulkan bahwa kekuatan pertahanan yang tangguh tidak dapat lepas dari kemajuan ekonomi suatu negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H