Lihat ke Halaman Asli

Reformasi Mesir yang Aneh?

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apapaun keadaannya, reformasi bangsa ini masih lebih jelas arahnya. Dimana rezim Soeharto diakhiri dan diganti oleh mereka yang masuk dalam golongan reformis. Entahlah kalau kemudian orang-orang rezim Soeharto juga come-back dengan bermetamorfosis menjadi reformis. Atau bisa saja memakai topeng reformis. Hanya yang pasti baik itu wajah asli atau topeng, semua yang nampak adalah muka reformis.

Sementara di Mesir bila kita sederhanakan kejadiannya adalah:

1. Rakyat Mesir secara solid menggulingkan rezim Mubarak yang sudah 40 tahun berkuasa dan hanya membuat rakyat menderita, karena kebijakan eknomi yang tidak berpihak kepada rakyat, korupsi yang menggurita, kebebasan berpendapat yang dibungkam, dsb.

2. Rakyat Mesir secara demokratis memilih Mursi sebagai Presiden. Kemudian media bebas berkespresi, arah kemandirian bangsa mulai terlihat, perbedaan diakomodir, dsb.

3. Rakyat Mesir (perlu di klarifikasi keterwakilannya) menggulingkan Presiden Mursi. Kemudian media pro demokrasi diberangus, perbedaan pendapat melalui demonstrasi damai dibantai, dan banyak pemutarbalikan fakta yang menjadi konsumsi media global.

4. Rakyat Mesir (melalui pemerintahan yang baru) membebaskan kembali Mubarak dan menempatkan kembali pejabat-pejabat di era Mubarak. Sebaliknya semua pejabat dalam pemerintahan yang terbentuk secara demokratis dipenjarakan.

Sehingga dari keanehan itu menimbulkan praduga-praduga yang teramat kuat bahwa ini bukan lagi pergolakan politik internal Mesir yang sekedar pergolakan sebuah partai dengan partai lainnya. Karena, lawan-lawan politik Mursi sendiri sudah banyak yang mendukung Mursi. Karena memang konstelasi pasca kudeta dan pembantaian yang diakhiri dengan bebasnya Mubarak dan dipenjarakannya orang-orang pro Mursi, menunjukkan kembalinya Militer atau tanda sebuah reformasi yang gagal.

Apakah kegagalan ini karena pemutarbalikan fakta yang sedemikian dominan?

Tamer Abdul Rauf, Wartawan dan Direktur kantor koran Al-Ahram di Al Buhera yang ikut terbunuh dalam tragedi pembantaian rakyat Mesir kemarin ini sempat menyampaikan tulisan terakhir:

"Saya tegaskan 70% apa yang disebarkan oleh koran-koran dan disiarkan oleh chanel televisi, tidak lain adalah kebohongan-kebohongan dan informasi yang rancu serta pemutarbalikan fakta. Dan sudah masuk ke dalam perang kejiwaan dan media yang diusahakan oleh kelompok-kelompok yang terlibat di Mesir untuk kepentingannya."

Sumber kutipan, silakan KLIK> Tulisan Terakhir Tamer Abdul Rauf

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline