Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan di Indonesia

Diperbarui: 11 Oktober 2022   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Isu dunia pendidikan di Indonesia, cukup menarik buat didiskusikan, yekait dengan hal itu ada beberapa poin yang akan penulis. Penulis adalah seorang tenaga pendidik di salah satu desa yang cukup terpencil, namun tidak mendapat insentif daerah tertinggal (sedikit curhat ya). Bagi penulis ada beberapa poin penting yang ingin penulis sampaikan dalam tulisan hari ini.

1. Isu masalah pergantian kurikulum.
Nah ini yang sempat membuat penulis merasa lucu kalau pergantian kurikulum menjadi suatu masalah. Bahkan harus sampai rapat dengar pendapat dengan anggota dewan, karena adanya polemik ini, Ada yang mengatakan lain kali dibuat aja nama kurikulum nya sesuai dengan nama menteri, karena tiap ganti menteri ganti kurikulum. Wajarkah pergantian itu, bagi penulis sih sebenarnya wajar-wajar saja pergantian kurikulum. Nah disini penulis juga bingung kenapa jadi polemik, apa kementerian pendidikan yang belum melakukan sosialisasi terkait hal ini, atau dimana masalahnya.
2. RUU Sisdiknas
Ada isu tunjangan profesi guru dihapus macam macam lah, maslah ini. Kenapa bisa jadi polemik ya, terkadang juga penulis heran masalah ini. Sampai dibuat petisi dukung RUU sisdiknas ini. Kok bisa ya? Apakah pro dan kontra tidak noleh, yah sebenarnya wajar saja, jika memang kita bisa bertahan di argumentasi kita. Contohnya aja tulisan ini kan ada kontra kan..
 Mari kita lihat secara historis saja, secara khusus di daerah tempat penulis mengajar. Kenapa disini sih, yah kan gak mungkin penulis buat di kota medan, sementara penulis gak tau situasi di medan, nanti penulis gak valid argumentasinya. Bagi penulis permasalahan utama dunia pendidikan ini adalah:
- kurangnya Budaya membaca
Nah ini dia masalah paling utama, penulis juga bergabung di grup-grup sosial media yang berkaitan dengan pendidikan, baik itu telegram, facebook, dan juga grup whatsapp, nah di grup itu seeing ada pertanyaan berulang, itu itu aja, dan jawabannya sih sebenarnya ada di juknis, terus di grup itu juga sudah ada yang menjawabnya. Ternyata bukan hanya peserta didik nya yang literasi nya kurang, gurunya juga kurang dalam budaya membaca.

- Update yang bukan bidangnya dan kurang tertarik mengembangkan Materi
Nah ini dia masalahnya, pernah penulis mengangkat masalah pergantian kurikulum, ternyata hak satupun tertarik masalah ini, berbeda dengan kasus Ferdy sambo, nah kalau ini luar biasa updatenya, bagaimana latar belakang kasusnya, dan perkembangan kasus nya hafal semua. Sama satu lagi kasus artis yang ada bilar bilarnya kalau ini update. Nah kalau di undang undang sisdiknas dibuat mata pelajaran Berita Viral, pasti jagolah gurunya. Coba kita lihat aja di sekeliling kita termasuk diri kita sendiri, siapa sih dari kita yang membaca buku pada saat jam istirahat?
- Tidak mengenal siapa siswanya.
Pernah penulis menonton suatu film Donny Yen, judulnya Big Brother (bukan promosi ya) jadi cerita ini mengisahkan seorang guru mantan militer yang mengajar di suatu sekolah. jadi guru ini menjadi wali kelas di kelas yang sangat nakal, barangkali kalau istilahnya dikampung kami kelas buangan lah. Jadi dikelas itu ada 5 orang siswa yang sudah luar biasa nakalnya, bahkan hampir dikeluarkan dari sekolah karena pertengkaran dengan siswa lain, hak usah panjang lebar ya tulisannya langsung ke initinya bisa gak?

Ok. jadi untuk mempelajari siswanya sih guru ini mengambil profil peserta didiknya, tentang siapa mereka. Termasuk hobbynya, keluh kesahnya nya, masalahnya semua ditulis disitu, nah penulis juga kurang paham ya kapan mereka menulis semua itu, karena filmnya gak menjelaskan se detail itu. Lalu penulis berfikir kenapa hal itu tidak dibuat juga yah di tempat penulis yah. Nah sewaktu penulis menontonnya penulis bandingkan dengan diri penulis ternyata penulis ini belum mengenal siapa siswa saya.

Nah terakhir, mungkin nanti ada part selanjutnya.
- menganggap administrasi kelas adalah beban.

Kalau ini sering penulis alami sendiri, ribet dan susah, penulis juga merasa gak bisa buat RPP, karena awalnya penulsi menganngap cuma ngerepotin aja buat itu semua. Buat apa coba RPP kalau praktek dilapangan berbeda gak sesuai RPP, RPP itu cuma sdministrasi aja. Nambahi kerjaan itu pikiran penulis sih.
Yah sebenarnya gak ribet, kitakan hanya menulis rencana pembelajaran sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Yah kalau RPP hasil download dari internet yah memang susah, tapi kalwu kita buat sendiri pasti sesusai pembelajaran dengan RPP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline