Di sebuah desa yang tenang, berdiri sebuah madrasah sederhana di tepi sungai. Madrasah ini adalah tempat belajar mengaji bagi anak-anak dan remaja desa.
Terdapat seorang guru ngaji bernama Khadijah menjadi sosok yang sangat disayangi oleh murid-muridnya. Khadijah adalah seorang wanita muda yang cantik, cerdas, dan penuh kasih sayang.
Bu Khadijah selalu mengenakan hijab yang anggun, dengan senyum yang meneduhkan hati siapa pun yang melihatnya.
Di antara murid-murid Khadijah, ada seorang pemuda bernama Yusuf. Yusuf baru saja lulus SMA dan sedang menunggu kesempatan untuk melanjutkan kuliah.
Yusuf sering mengantar adiknya ke madrasah dan menunggu di luar sambil membaca buku. Yusuf mulai tertarik untuk belajar mengaji lagi setelah melihat kesungguhan dan ketulusan Khadijah dalam mengajar. Ia kemudian memutuskan untuk ikut kelas mengaji.
Setiap kali Yusuf datang ke madrasah, ia selalu merasakan degup jantungnya meningkat saat melihat Khadijah. Yusuf tahu bahwa perasaannya mungkin dianggap tidak pantas, namun ia tidak bisa mengendalikan hatinya.
Khadijah bukan hanya cantik, tetapi juga memiliki kebaikan hati yang memancar melalui setiap gerak dan tutur katanya. Ia selalu sabar, penuh perhatian, dan menghargai setiap muridnya.
Suatu sore, setelah kelas mengaji selesai, Yusuf memberanikan diri untuk bertanya kepada Khadijah tentang hal-hal yang belum ia pahami. Khadijah menjawab dengan lembut dan jelas, membuat Yusuf semakin terpesona. Setelah beberapa kali pertemuan, Khadijah mulai mengenal Yusuf lebih dekat dan merasa nyaman dengan kehadirannya.
Hari-hari pun berlalu, dan Yusuf semakin sering mencari kesempatan untuk berbicara dengan Khadijah.
Mereka berbincang tentang banyak hal, bukan hanya tentang pelajaran mengaji, tetapi juga tentang kehidupan, cita-cita, dan mimpi. Yusuf belajar banyak dari Khadijah, tidak hanya tentang agama, tetapi juga tentang bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik.
Suatu hari, madrasah mengadakan acara pengajian untuk memperingati Maulid Nabi. Semua warga desa diundang untuk hadir.