Lihat ke Halaman Asli

Penantian di Sebuah Kedai Kopi

Diperbarui: 18 Juni 2024   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambaran keadaan di dalam sebuah kedai kopi atau cafe (sumber: tokopedia.com)

Di sudut sebuah kedai kopi atau cafe kecil di pinggir kota, seorang wanita duduk sendirian. Namanya Lila. 

Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh malam, dan dia sudah berada di sana sejak pukul lima. Di meja kecilnya terdapat secangkir kopi yang sudah dingin dan sebuah novel yang terbuka, tetapi matanya tidak terfokus pada halaman-halaman itu. Pandangannya terus terpaku pada pintu masuk cafe, berharap sosok yang dinantikannya segera muncul.

Lila adalah seorang perempuan yang dikenal sabar. Dia mengajar matematika di sebuah sekolah menengah, sebuah profesi yang menuntut kesabaran tanpa batas. Namun penantian kali ini terasa lebih berat daripada menunggu murid-murid menyelesaikan soal ujian.

Tiga bulan lalu, dia bertemu dengan Aria di acara reuni sekolah. Aria, teman sekelasnya saat SMA, telah kembali ke kota setelah bertahun-tahun bekerja di luar negeri. 

Mereka berbincang panjang lebar, mengenang masa lalu dan bertukar cerita tentang kehidupan masing-masing. Percakapan itu menumbuhkan kembali benih-benih cinta yang pernah tumbuh di hati Lila saat remaja. Aria yang ramah, cerdas, dan penuh ambisi, telah mencuri perhatiannya sejak dulu.

Mereka berdua mulai sering bertemu setelah reuni itu. Setiap pertemuan semakin memperjelas perasaan Lila bahwa Aria adalah sosok yang selama ini dia cari.

Dibalik senyum hangat Aria, Lila merasakan ada jarak yang tak terungkap. Seperti ada rahasia yang disembunyikan oleh lelaki itu.

Hari ini Aria berjanji akan bertemu dengannya di kafe itu untuk makan malam. Namun, waktu terus berjalan dan Aria belum juga muncul. 

Lila mencoba mengusir kegelisahannya dengan membaca novel, tetapi pikirannya terus melayang. Bayangan tentang pertemuan-pertemuan mereka, senyum Aria, dan percakapan mereka selalu muncul di benaknya.

Satu jam berlalu. Lila mencoba tetap tenang, tetapi kekhawatiran mulai merayapi hatinya. Dia mengingat kembali senyum dan tawa Aria, berharap itu bisa menenangkan hatinya yang mulai resah. Dia membayangkan alasan-alasan yang mungkin membuat Aria terlambat, mungkin terjebak macet, mungkin ada urusan mendadak di kantor, atau mungkin ponselnya mati.

Pintu kafe terbuka dan seorang pria masuk, tetapi bukan Aria. Lila menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Dia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan singkat ke Aria, tetapi tidak ada balasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline