Lihat ke Halaman Asli

[Puisi] Tetaplah Bertahan Ayah

Diperbarui: 16 Juni 2024   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seorang pekerja keras (stickybranding.com)

Di sudut senja yang pudar, terlukis bayangan seorang pria,
Langkahnya tegas, meski jejaknya kadang tak terlihat nyata.
Dialah ayah, pahlawan dalam hening, penopang dalam sunyi,
Dengan cinta yang terpendam dalam diam, ia selalu mengabdi.

Ayah, engkau adalah pohon tua yang kokoh,
Meski diterpa angin dan badai, tak pernah roboh.
Engkau adalah bukit yang menjulang tinggi,
Menjadi pelindung dalam segala kondisi.

Di balik wajah tegasmu, ada kelembutan yang tersembunyi,
Dalam tatapan tajam, ada kasih yang tak terperi.
Engkau berbicara dalam tindakan, bukan kata-kata,
Setiap gerakmu adalah wujud cinta yang nyata.

Saat mentari terbit di ufuk timur, engkau sudah terjaga,
Dengan langkah pasti, menyongsong hari yang penuh asa.
Tanganmu yang kasar, penuh dengan peluh perjuangan,
Menggenggam dunia, membentuk masa depan dengan keteguhan.

Engkau adalah pelita di kala gelap, penuntun di kala sesat,
Meski jarang berkata cinta, setiap tindakmu selalu tepat.
Dalam diam, engkau mengajarkan keberanian dan ketegaran,
Bahwa hidup adalah perjuangan tanpa henti, tanpa kepastian.

Ayah, engkau adalah laut yang tenang,
Di kedalamanmu, tersimpan rahasia hidup yang panjang.
Engkau adalah batu karang yang kokoh,
Di mana aku berlindung saat badai datang menyentuh.

Kisahmu adalah syair tanpa lirik,
Mengalun dalam setiap detik yang epik.
Pengorbananmu adalah puisi tersembunyi,
Yang hanya bisa dirasa, tak selalu dapat dilihat mata.

Dalam setiap tawa kecilku yang ceria, Engkau ada di sana, menyembunyikan letih dengan bijaksana.
Dalam setiap tangisku yang pecah di malam sunyi,
Engkau mendekap, memberikan rasa aman tanpa banyak berkata.

Engkau adalah kompas dalam hidupku,
Menunjukkan arah saat aku tersesat dan ragu.
Engkau adalah teladan dalam ketulusan,
Menanamkan nilai-nilai kehidupan dengan keteguhan.

Ayah, di setiap napas yang kuhela, ada cinta tak terucap darimu,
Di setiap langkah yang kuambil, ada jejak pengorbananmu.
Engkau adalah matahari yang terbit di pagi hari,
Memberikan sinar tanpa pamrih, meski tak pernah dinanti.

Kini, saat malam mulai menyelimuti bumi,
Aku berjanji, akan selalu menghargai,
Setiap keringat dan air mata yang kau curahkan,
Setiap detik dan waktu yang kau persembahkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline