Konflik Palestina-Israel sampai saat ini masih belum menemui titik temu. Total korban jiwa dari Palestina bahkan sudah mencapai 22.000.
Meski begitu, perlahan para tentara Israel (IDF) mulai ketar-ketir karena perlawanan dari pasukan Hamas yang telah menewaskan ribuan tentara Israel.
Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengkritik Amerika Serikat atas komentar mereka yang menentang pernyataannya mendukung pengusiran semua warga Gaza dari wilayah Palestina.
Meskipun AS adalah teman terbaik, Ben-Gvir menegaskan bahwa prioritas utama adalah keamanan Negara Israel, dengan migrasi orang dari Gaza dianggap sebagai langkah untuk melindungi penduduk Israel dan tentara IDF.
"Gaza adalah tanah Palestina dan akan tetap menjadi tanah Palestina," kata Departemen Luar Negeri AS.
"Ini adalah masa depan yang kita cari, demi kepentingan Israel dan Palestina, kawasan sekitarnya, dan dunia," tegas pernyataan AS lagi.
Respons itu muncul setelah Departemen Luar Negeri AS mengkritik seruan Ben-Gvir untuk mengusir penduduk Gaza. Gedung Putih menilai tindakan tersebut sebagai "menghasut dan tidak bertanggung jawab".
Washington bahkan memanggil Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang juga mendukung pemukim Israel kembali ke Gaza.
Meski AS menyatakan Gaza sebagai tanah Palestina, Ben-Gvir tetap menekankan perlunya migrasi untuk kepentingan Israel dan Palestina, sementara Departemen Luar Negeri AS menegaskan upaya mencari masa depan yang menguntungkan kedua belah pihak.
Menurut AFP, mengusir warga sipil selama konflik atau menciptakan kondisi tidak layak huni dianggap sebagai kejahatan perang, dan mayoritas penduduk Gaza terpaksa meninggalkan rumah akibat pertempuran antara Hamas dan Israel.