Lihat ke Halaman Asli

Sejarah "Bloody Mary" Nenek Moyang Ratu Elizabeth II yang Kejam

Diperbarui: 13 September 2022   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambaran lukisan wajah Ratu pertama Kerajaan Inggris, Mary Tudor I (dailysia.com)

Beberapa hari yang lalu dunia dikejutkan dengan wafatnya Ratu Elizabeth II, pada Kamis (08/09/22), bertempat di Kastil Balmoral Skotlandia. Sang ratu meninggal di usia 96 tahun.

Tercatat Ratu Elizabeth II telah memimpin Kerajaan Inggris selama 70 tahun (1952-2022), dan sekaligus menjadi yang terlama sepanjang sejarah Kerajaan Inggris.

Potret masa tua Ratu Elizabeth II (jogja.tribunnews.com)

Kepergian sang ratu menandai adanya Operation London Bridge yang merupakan kode rencana Kerajaan Inggris apa saja yang dilakukan pasca wafatnya Ratu Elizabeth II, yang mana sudah direncanakan sejak tahun 1960 dan terus mengalami pembaruan tiap tahunnya.

Kematian Ratu Elizabeth II ini tentu menjadi pukulan telak bagi sang anak dan cucu, serta cicitnya. Utamanya bagi sang anak, Pangeran Charles.

Pangeran Charles pada akhirnya diangkat menjadi seorang raja menggantikan posisi sang ibu dengan gelar King Charles III.

Tidak hanya keluargan kerajaan yang merasa kehilangan atas berpulangnya Ratu Elizabeth II, namun juga masyarakat Britania Raya seperti Inggris, Skotlandia, Wales, Irlandia Utara, Australia, dan Slandia Baru.

Semasa hidupnya, Ratu Elizabeth II dikenal sebagai seorang yang baik dan ramah pada masyarakat. Tokoh penting dunia pun menjalin hubungan baik dengan sang ratu, sebut saja pemimpin Gereja Vatikan, Paus Fransiskus.

Kehidupan Nenek Moyang Ratu Elizabeth II
Namun tahukah kalian jika ada salah satu nenek moyang dari Ratu Elizabeth II merupakan seorang pemimpin yang bengis. Namanya cukup terkenal di dunia, sejarah menyebutnya "Bloody Mary".

Bloody Mary sendiri adalah julukan untuk pemimpin Inggris pertama, yaitu Ratu Mary Tudor I yang lahir pada 15 Februari 1516. Ia merupakan putri pertama dari pasangan Raja Henry VIII dan Catherine dari Aragon Spanyol.

Lukisan Raja Henry VIII (kompas.com)

Mary merupakan satu-satunya pewaris tahta Kerajaan Inggris milik sang ayah. Meski begitu, nyatanya kehadiran Mary Tudor sebagai pewaris tahta tidaklah dikehendaki oleh sang ayah, Raja Henry VIII.

Sang ayah menginginkan anak laki-laki untuk menggantikan tahtanya, bukan seorang perempuan. Alhasil, Raja Henry VIII pun meninggalkan istri dan anaknya untuk menikah lagi. Kejamnya lagi ternyata sang ayah mencoret Mary Tudor sebagai pewaris tahta selanjutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline