Lihat ke Halaman Asli

Soemarsono: Sosok di Balik Lahirnya Hari Pahlawan

Diperbarui: 4 Juli 2021   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi wajah Soemarsono (sumber: tirto.id)

SEKILAS 10 NOVEMBER
Sepuluh November, hari dimana kita (rakyat Indonesia) memperingati hari pahlawan. Hari yang penuh sejarah bagi rakyat Indonesia, utamanya Surabaya.

Hari dimana terjadi pertempuran besar antara arek-arek Suroboyo dan tentara Belanda Inggris (NICA). Pertempuran ini menimbulkan ribuan nyawa melayang dari kedua belah pihak. Mayat bergelimangan di jalan-jalan, sungai, rumah dan gedung. Suara meriam, granat, martil bergemuruh, ledakan terjadi silih berganti, jeritan pemuda menggema tanpa henti.
Merdeka atau mati.

Hari dimana semangat juang pemuda Surabaya benar-benar di uji, dengan hanya bermodal bambu runcing, mereka maju tanpa gentar melawan penjajah bersenjata lengkap.
Puncaknya pada 10 November sesaat setelah  kematian  Brigadir Jendral Mallaby, pihak Inggris murka dan mengeluarkan ultimatum penggempuran seluruh Kota Surabaya dari segala penjuru.

Kota Surabaya saat itu benar-benar chaos. Pertempuran berlangsung selama 24 hari penuh. Lewat doa, usaha dan pengorbanan seluruh rakyat, akhirnya tentara sekutu dapat dipukul mundur dari Kota Surabaya.

Untuk mengenang jasa para pemuda yang gugur dalam pertempuran tersebut, maka pemerintah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan.

PENCETUS HARI PAHLAWAN
Penetapan 10 November sebagai hari pahlawan tidak lepas dari sosok dibalik layar yang menjadi sumber pemikiran. Sebut saja Soemarsono, beliaulah yang mengusulkan penetapan 10 November sebagai hari pahlawan.

Beliau lahir di Kutoarjo, 22 September 1921. Ia merupakan sosok pemuda yang berperan besar dalam pertempuran di Surabaya dan G30SPKI di Madiun. Ia bersama pemuda Surabaya berjuang digaris depan, akibat dari peristiwa ini, teman Soemarsono banyak yang gugur di medan perang. Beruntungnya Soemarsono bisa selamat.

Saat Rapat Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia (BPKRI) 4 Oktober 1946, Soemarsono mengusulkan agar setiap 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Soemarsono menilai bahwa pertempuran di Surabaya tersebut harus selalu dikenang, sebab pertempuran tersebut menunjukan keperkasaan dan betapa heroiknya para pemuda Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan tanpa rasa takut.

Semua anggota pada forum, termasuk Soekarno pun menyetujui usulan tersebut. Maka pada saat itu juga, 10 November 1946 di Yogyakarta Hari Pahlawan pertama kali diperingati. Sejak saat itu, 10 November resmi menjadi Hari Pahlawan sampai sekarang.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline