Lihat ke Halaman Asli

Andri Pratama Saputra

Seorang yang ingin selalu belajar dan saling berbagi pengetahuan

SMS, BBM, WA, ke Mana Lagi Kita akan Berlabuh?

Diperbarui: 14 Januari 2021   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pilihan apakah tetap melanjutkan whatsapp atau tidak

tetap waspada meskipun kata orang itu aman

Generasi 1990an pasti ingat dengan masa nokia, iya nokia yang dulu menjadi primadona, tentunya taka sing dengan nokia tipe 3310, 2300, 1600 dengan layar yang kecil tetapi tahan banting kita rela membeli kartu perdana dengan harga yang terbilang mahal di masanya, misalkan dengan 400 ribu mendapatkan pulsa. Kita serasa menjadi orang yang berbahagia ketika memiliki hp ini. Tentunya, kita dulu rela membeli kartu karena adanya Short Massage Service atau yang biasa kita sebut SMS. Menggantikan posisi Warung Telpon (Wartel) yang menggaruskan kita pergi dan mencari terlebih dahulu, alasan praktis ini yang menjadikan SMS sebagai primadona meskipun terbilang mahal bahkan dihitung per "paragraf".

Masa primadona SMS terus berlanjut hingga hp ber kamera, tentunya ketika itu era hp berkamera kita menjadi kekinian, meskipun sudah dikenal era internet, berkomunikasi via SMS masih digunakan.

-BBM terkenal, SMS mulai tertinggal

Era dimana BlackBerry Massanger (BBM) masuk ketika sekitar tahun 2004 membuat itu kita larut akan seremoni BBM yang menjadikan kita "mulai irit" membeli pulsa, kekinian dengan berbagi PIN, berkirim foto dan lain-lain.

-BBM terdisrup android

Belum lama kita bangga dengan BBM, tahun 2010 isu mulai adanya android yang lebih canggih dengan fiturnya, BBM mulai ditinggalkan terlebih lagi BBM menjual sahamnya dan BBM bisa diunduh di hp android. Ketika itu masih zaman bertukar PIN, hingga adanya aplikasi chat lainnya, salah satunya Whatsapp (WA). Sejak 22 Januari 2015, WA diluncurkan, banyak orang mulai melirik lebih praktisnya WA karena kemudahannya dan terhubung dengan nomor yang kita gunakan. Selain itu, fiturnya pun menjadi lebih canggih misalkan berbagi suara, video, dan lokasi dengan realtime. Seolah kita selalu dimanjakan dengan teknologi ini.

Era disrup menjadikan kita sebagai pengguna khususnya milenial menjadi lebih enak dan praktis dimanapun dan kapanpun. Dimulai dari revolusi 3.0 dengan adanya otomatisasi seperti internet, teknologi informasi berganti menjadi revolusi 4.0 yaitu eranya revolusi digital. Praktisnya kita di era disrupt ini tak lantas menjadikan kita lengah dan terlena, bisa disebutkan kita semakin transparan dan melintasi ranah privasiu kita. Era teknologi seperti meminum obat aka nada efek samping yaitu "cyber crime".

"Kenikmatan ini semua harus dibayar mahal, dirilis dari data itgid.org, posisi Indonesia menempati urutan 41 negara yang memiliki keamanan data di tahun 2018, dan ini menjadi PR kita bersama untuk selalu waspada dan tidak larut akan seremoni teknologi"

Lantas apa yang harus kita lakukan? Apakah kita kembali ke era SMS atau bagaimana?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline