Lihat ke Halaman Asli

[Novel] Ismail the Forgotten Arab [Bagian ke -25]

Diperbarui: 29 September 2017   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: dok.pribadi

25 Desember 1916

Sudah ada tanda bahwa pasukan musuh akan menarik diri dari Galipoli. Mereka sudah tidak akan mampu lagi untuk berperang karena kegigihan pasukan Utsmaniyyah yang tidak hanya didukung oleh Bangsa Turki itu sendiri melainkan dukungan dari Arab, Kaukasus, Circasssia, Lazza, Zazza, Oseettia, Abhkazia dan beberapa suku yang lainnya.

Tampak di kubu Australia juga akan ada persiapan untuk menarik pasukannya meski tembakan terus berbunyi. Komandan Batalion Turki segera bertemu ke komandan pasukan Australia. Ia menawarkan gencatan senjata selama hari Natal. Pasukan Australia sangat bangga dengan hal itu.  Mereka menghormati keputusan dari panglima Batalyon kami untuk menghentikan serangan selama hari Natal yang suci bagi mereka.

Aku pikir ini hal yang positif juga menghormati mereka namun tentu bukan maksudnya untuk ikut merayakan hari besar mereka. Kita juga bisa mengumpulkan beberapa kekuatan atau menaruh posisi pasukan ke tempat yang stratgeis namun kami berjanji tidak akan menembakkan sebutir pelurupun kecuali mereka duluan yang mengeluarkan tembakan.

Tampaknya dari kubu mereka sepi sekali. Aku turut dalam rombongan komandan Batalyon menemui komandan Batalyon Australia di tengah arena perang. Mereka memberi hormat dan kami juga memberi hormat. Pasukan Turki langsung menawarkan gencatan senjata . Oh ya, pada saat itu aku membawa bendera putih sebelum pertemuan.

Untuk hal yang jarang kami semua beristirahat namun bukan berarti semuanya beristirahat karena tetap saja ada orang yang berjaga. Kali ini Abul Khoir cs sedang mengawasi dan nantinya akan digantikan oleh pasukan yang lain.

Saya yakin perang sudah berakhir namun  nantinya mereka mau kemana pasukan Australia pasti mereka dan tuannya Inggris mempunyai strategi tertentu untuk menghancurkan kami. Pekerjaan ini sudah ratusan tahun mereka tekuni.

Mereka kini sudah bersiaga di Mesir dan mereka akan mendapatkan bantuan dari pengkhianat di Mesir untuk mengambil tanah suci. Kalau mereka sejak dulu ingin menguasai Jerussalaem semenjak Ummat Isam memebaskan dari Kerajaan Jerussalem.

Kalau mereka perang berarti bisa ajdi ini akan terjadi lama-lama dan saya tidak ada kesempatan untuk kembali. Bagi saya bukan paksaan untuk berperang di pihak Turki karena setelah Perang Galipoli maka semua pasukan dari Arab boleh meninggalkan Turki tetapi aku lebih senang untuk menyelesaikan perang ini dan ingin menggapai kemenangan atau kalah setelah berusaha dengan gigih seperti yang dilakukan oleh pahlawan Galipoli.

Perlawanan ini akan menjadi monumen kembali bersatunya Arab, Kurdi, Turki dan bangsa lain untuk mengusir penjajah seperti dalam perjuangan Shalahuddin sang pembebas Al-Aqsho. Ia berhasil menyatukan kekuatan Islam di Timur Tengah Arab, Kurdi , dan Turki dalam memerangi perang Salib.

Aku berencana untuk mungkin tinggal pindah ke negeri asal nenek moyangku. Aku harus menyurati Ibrahim mengenai niatku yang tinggal di negeri Arabia ini. Rencanaku setelah  menikahi Aisyah, aku akan menetap dan bekerja disini. Aku akan membeli beberapa ternak dari Paman Hakija. Paman Hakija pasti mau memberikan pinjaman untuk unta. Aku mungkin tidak biasa untuk memelihara unta namun dengan bantuan Paman Hakija yang baik pasti aku dapat menguasainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline