Lihat ke Halaman Asli

[Novel] Ismail, the Forgotten Arab Bagian ke-Sebelas

Diperbarui: 11 Juni 2017   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: imgur.com

Hari pertama Korporal

Hari ini hari pertama aku menjadi kopral beserta 14 orang anggota peleton yang masih tersisa. Mereka tetap menjaga dengan pandangan ke depan. Aku melihat wajah mereka yang tampaknya tidak terganggu oleh pangkat saya. Mungkinkah karena aku belum memperoleh pangkat Korporal atau mungkin saja mereka belum mengetahui.

Tetapi mereka tidak menunjukkan sikap resistensi pada saya. Aku menjadi lebih percaya diri dengan hal itu dan aku yakin Mulazim Ilham percaya.

Aku menggambarkan satu balok bengkok di buku harianku ini yang berarti  memulai fase awal saya sebagai seorang prajurit. Aku berharap sesuatu saat akan jadi Pasha namun tentu itu bukan  menjadi tujuan karena aku kira aku lebih baik untuk kembali ke desa untuk melanjutkan cita-cita menjadi seorang petani dan juga pedagang. Pasha mungkin hanya untuk orang Turki.

Aku bertanya dengan Mulazim Ilham apakah aku mungkin mendaptakan gelar Pasha. Sepengetahuanku tidak ada Arab yang bergelar Pasha tetapi orang asing justru mendapat Pasha Seperti Gordon Pasha dari Inggris, Sanders Pasha dari Jerman, mungkin yang lain ada juga yang mempunyai pasha-pasha lainnya yang aku tidak kenal karena aku ini orang Timur Jauh yang tidak mengenali orang tersebut. Oh, ya ada juga Sentot Ali Basha yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro di Kerajaan Mataram. Basha itu adalah ejaan Arab untuk Pasha.  Bahasa Arab tidak mengenal Huruf P dan diganti dengan huruf B bukannya F.

Bayangkan aku menjadi pimpinan di tempat yang menurutku asing. Aku pikir semua ini tidak masuk dalam pikiran akalku.

Hari ini aku akan menyapa seluruh anak buah yang uang berjumlah 14 orang ada di pertahanan tersebut.

Aku menduga mereka akan intens menyerang kami karena pasukan kami sudah sedikit sekali namun tidak ada bukti sepertinya mereka juga kehabisan pasukan karena mereka banyak yang mati. Aku menghitung setidaknya ada 100 orang mereka yang tewas dan menggelimpang aku harap mereka tidak menyerang. Ah, mereka pasti melihat bahwa kami sedang lemah pada saat ini karena sedikit pasukan untungnya mereka tidak tahu bahwa kami sedang kekurangan orang sebab kalau mereka tahu pasti mereka akan menyerang kami langsung.

Tembakan Pertama

Tembakan yang diarahkan ke musuh adalah yang pertama. Jujur saya tidak pernah menembak dan membuatku gemetaran.  Apa yang membuatku menembak terus sepertinya teman-temanku yang ikut menembak sehingga aku juga harus menembak semuanya menyalahkan peluru. Aku ingat seorang Sersan pelatih Jerman yang menyuruh kami menembak dan suara tembakan terasa keras sekali. Tidak ada pikiran untuk menembak karena semuanya berawal dari tembakan si komandan yang menjadi aba-aba. Kami tahu persis hal itu. Tembakan pertama tidak akan ku lupa karena aku mengingat wajahnya orang yang berada di depanku. Aku tahu ia masih muda dan menduganya tidak lebih tua atau tidak lebih muda dari saya. Mungkinkah mereka juga peternak seperti saya. Mungkin mereka sedang berada di atas kuda seperti diriku di lahan yang luas sekali. Aku masih ingat sekali dengan sapi yang berwarna hitam yang kunamai Aswad. Hewan tersebut sangat penurut. Mungkin saat ini Ibrahim sedang bercengkrama dengan si Aswad. Bukannya aku menyesali ada di Turki tetapi aku memang sudah menjelaskan diri untuk tetap berjuang di sini.

Kalau membedil burung pun aku belum pernah hanya pernah ikut berburu Harimau saja.  Rupanya nyawa manusia di sini dibuat mainan oleh para pemimpin mereka. Aku tidak memaksudkan Khalifah karena mereka hanya membela diri dari invasi musuh ke negeri ini. Tetapi para pemimpin pasukan musuhyang ada di hadapanku ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline