Lihat ke Halaman Asli

[Novel] Ismail The Forgotten Arab [Bagian Kesembilan]

Diperbarui: 27 Mei 2017   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Datangnya Sersan Baru

Aku tahu Mulazim sangat stress memandang mayat lebih separuh dari pletonnya yang tewas akibat penyerangan pasukan infantri Australia. Hari itu masih pagi ketika matahari hendak menangkap. Sesekali Mulazim mengusap kepalanya. Ia ingin menambah pasukan namun yang tersedia adalah orang Turki. Ia khawatir akan terjadi lagi sesuatu yang tidak diinginkan.

Ia menginginkan orang dari etnis lain karena kemarin Abdul Khoir sudah sempat bertarung dengan orang Turki akibat hal itu. Namun Sersan Syafrudin mengingatkan agar tidak peduli dengan demikian. Ia tidak mempunyai pilihan pasukan mana yang akan dijadikan anak buah mereka justru pasukan Turki lebih berharga karena rata-rata mereka sudah mendapatkan didikan militer. Pasukan Arab bisa menembak.

Datanglah seorang Sersan yang berasal dari tanah Arab ia mengenakan pakaian hampir mirip dengan Turki namun mengenakan sorban seperti kebanyakan orang Arab tidak mengenakan topi fez atau helm perang. Ia seorang yang tegap dengan perawakan sedang dan lebih rendah dari Mulazim Ilham membawa pleton baru sebanyak 15 orang.

Ilham tampak senang karena ia mendapatlan tentara yang satu etnis dan ia tampaknya benci jika ia harus memisahkan antara pasukannya.

Saya harus kenalan dengan orang itu pikirannya. Kami yang menjadi sisa-sisa peleton terkesima melihat mereka. Semuanya orang Arab dan ada seorang Rajput. Saya melihatnya Rajput ini menjadi kontingen dari Hijaz juga seperti yang lainnya . Ia mempunyai nama Taqi Khan.

Mulazim menyilakan mereka menaruh perbekalan mereka di bunker dan segera lanjut pada tugas. Satu persatu keluar dari bunker dan berbaris menuju parit yang sudah disiapkan oleh pasukan sebelumnya.

Mulazim menjelaskan parit ini membutukan waktu berhari-hari dan butuh waktu yang lama dan sangat berbahaya untuk menggali parit. Pasukan harus menghadapi serangan artileri musuh yang sering terjadi ketika menggali dan ada yang terbunuh karena serangan sniper. Kadang mereka harus menggali sambil menunduk. Kalau ada lubang bom yang besar itu merupakan tempat mereka untuk bersembunyi dari serangan musuh, adanya parit ini juga karena merekalah yang memulai dulu untuk membuat parit. Mereka peralahan-lahan menggali dan sampai kami lengah parit mereka sudah dalam dan mereka aman dalam percobaan serangan kami

Mereka harus bisa bertahan dari serangan kami dan berada di tumpukan mayat-mayat pasukan Australia sendiri. Mereka meledakkan bom di sebuah tempat dan setelah itu mereka menggali tempat itu dengan cepat hingga sudah ada tumpukan karung yang sudah dipadatkan.

Aku tetap menatap bagian depan dan aku sudah mulai bosan. Tetapi dengan bosan apakah aku merindukan perang. Ah itu sesuatu yang aneh juga kalau aku merindukan perang.

Ahmad Yildirim menyapaku dan ia menanyakan namanku. Dengan banga aku sebutkan namaku Ismail bin Abdurrahman. Aku tahu namanya Ahmad Yildirim dan ia berasal dari Damaskus membawa sekelompok tentara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline