Pesawat yang aku tumpangi masih berputar putar di landasan ( runway ), sudah lama sekali dan tidak ada tanda tanda akan terbang, sang pilot beserta co pilot masih bingung untuk menerbangkan pesawat ini, semua peralatan navigasi diotak atik, namun belum bisa terbang juga, penumpang resah, gundah gulana serta emosi, lama kelamaan bahan bakar habis, ban rusak, pesawatnya capek deh... Saya menganalogikan negara kita seperti sebuah pesawat terbang (Indonesian Airways), pesawat ini akan dapat beroperasi normal jika Hardware (HW) dan Software (SW) nya bagus dan diterbangkan oleh Sumber Daya Manusia ( pilot ) yang handal tentunya ditunjang oleh para awak pesawat. HW pesawat terbang sendiri adalah mulai dari badan pesawat itu sendiri sampai ke peralatan navigasinya. Sedangkan untuk SW nya ada didalam HW yaitu peralatan navigasinya yang sudah kompurized. Kalau saja ada HW dipesawat itu yang rusak, misalkan salah satu generatornya rusak, maka sang pilot yang bekerja sama dengan co pilot akan segera mengambil tindakan sesuai prosedur dengan menyalakan generator cadangan, supaya semua peralatan tetap mendapatkan pasokan energi listrik. Negara kita tercinta ini punya HW yang luar biasa, yaitu kekayaan alamnya yang yahud, mulai dari batu bara sampai batu berlian. SW nya juga luar biasa yaitu Pancasila dan UUD45 dan segala tetek bengek Peraturan Perundang Undangan. Sedangkan SDM nya juga tak kalah banyak alias numpuk mulai dari yang idiot, bodoh, licik, pintar dan jenius semua tersedia. Tetapi kebanyakan yang pintar dan jenius tidak mau bergelut dibidang politik, karena peraturannya memang dibuat rumit dan membuat malas orang pintar untuk masuk kedalam lingkaran politik, jadi rata rata yang bodoh dan licik biasanya yang senang terjun ke dunia politik untuk menjadi pilot, co pilot serta menjadi awak pesawat ( menteri kabinet ). Disinilah sebetulnya letak masalahnya, walaupun HW dan SW nya canggih, tapi kalau pilotnya ragu, bingung apa yang mau dikerjakan ,tidak tegas, plin plan malah bersitegang dengan co pilot dan awak pesawat, co pilotnya nurut aja gak ada ide, awak pesawatnya pemalas, kerja cuma nunggu insstruksi, cuma bisa ngikut aja alias dompleng juga tidak ada ide sama sekali, ngomong teriak teriak yang sangat mengganggu penumpang (penduduk ),maka pesawat tidak akan dapat terbang, Jangankan terbang, tinggal landas aja gak akan mampu, muter muter saja di landasan. Inilah analogi pesawat dengan negara kita tadi, negara ini dari dulu jalan di tempat terus, kita hanya menjadi negara berkembang trus dan bukan jadi negara trus berkembang. Sofware kita yang bagus tadi hanya didengungkan sebagai tameng didalam setiap pidato oleh pemimpin kita yang berpura pura jadi pilot handal hanya untuk menenangkan para penumpang yang sudah gelisah, lama lama pesawat akan kehabisan bahan bakar, dan akhirnya berhenti sendiri, penumpangnya capek, lelah dan kelaparan. Akhirnya datang pihak asing yang diundang oleh pilot untuk memberikan bantuan berupa hutang lunak, hutang lembek, hutang halus dan lain lain hutang untuk mengganti spare parts pesawat yang rusak. Tapi hasil penjualan tiket itu harus disetor ke pihak asing tadi untuk mencicil hutang yang makin hari makin numpuk. Ironisnya , pemimpim kita makin bangga menerima bantuan itu karena makin banyak pinjaman dari pihak asing seolah olah makin percayanya pihak luar ke negara kita, bukannya malu. Sekarang hampir semua aset ekonomi disektor sektor yang sangat vital seperti pertambangan, telekomunikasi, perbankan, ritel, dan sektor sektor lain dikuasai pihak asing. Apalagi kalau kita lihat Undang Undang Penanaman Modal sekarang memperbolehkan pihak asing untuk ikut membiayai sektor usaha kecil menengah (UKM). Semakin hari semakin hancur deh kita, sedih banget rasanya , apalagi negara kita yang besar ini bisa diinjak injak seenaknya oleh negara tetangga yang kecil mungil. Sayang sekali bangsa ini masih punya mental terjajah sampai sekarang walaupun sudah lama bebas, namum bebas disini bukan berarti merdeka. Kapankah kita akan merdeka, dan tidak perlu berteriak keras kalau mengucapkan kata " MERDEKA ", santai aja, yang penting betul betul merdeka kok, percuma juga teriak " MERDEKA " tapi gak ada maknanya alias kering kerontang. Kapankah akan ditemukan pilot Indonesian airways yang handal untuk membawa terbang Indonesia ke angkasa yang bebas dan lepas ? Gemas dan sedih percampur aduk aku rasakan dalam dada, tak ada rasa gembira sedikpun dalam memperingati hari kemerdekaan setiap tahunnya, apalagi sudah 65 tahun penjajah pergi, namun secara psikis, mental kita masih senang dijajah. Terbanglah Indonesiaku !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H