Lihat ke Halaman Asli

Hiperbola Sepak Bola

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Ketua PSSI Prof. Djohar Arifin mengatakan Indonesia siap menggelar piala dunia 2036. Harapan memang boleh tinggi akan tetapi coba dilihat bagaimana kondisi sebenarnya persepakbolaan republik ini. Rangking 170 dunia sangatlah buruk bagi negara yang mayoritas orangnya pecinta bola. Bandingkan dengan negara lain, India dengan kricketnya ataupun baseball yang cukup berprestasi, Amerika dengan American Football dan Basketnya, China dengan bulutangkis dan juga Basketnya yang bisa dibilang tim papan atas dari cabang-cabang yang warga masyarakatnya mayoritas menyukai.

Ironis memang mendengar pernyataan ketua PSSI kita. Target yang terlalu muluk untuk negeri yang bagi orang barat disebut 'antah-berantah' dalam hal sepak bola. Bolehlah sebagai masyarakat awam kita disuguhi tim-tim yang berkualitas macam Belanda, Arsenal, Liverpool, Chelsea, ataupun pemain-pemain bintang yang datang ke Indonesia. Setidaknya juga ajang pembelajaran bagi pemain timnas agar terbiasa bermain dengan gaya kelas dunia. Tidak hanya sekedar mengumpan ataupun menendang, tapi juga bagaimana bermain bola yang baik.

Kompetisi Indonesian Super League ataupun Indonesian Premier League hanya unggul soal keramaian. Terutama suporter-suporter yang semakin hari semakin kreatif dan fanatik. Akan tetapi sekali lagi yang dihitung adalah prestasi bukan fanatisme. Tengok berapa klub yang bisa disebut 'profesional'? Hanya segelintir bukan! Hal ini semakin miris ketika sebuah kompetisi menggembor-gemborkan adanya 'profesionalitas' tapi hasil masih nol besar. Bukan merendahkan para pejabat PSSI tapi kenyataan berkata demikian.

Jadi menjadi tuan rumah piala dunia bukan menjamin meraih prestasi. Alangkah lebih baik perbaiki kualitas sepak bola negeri ini dulu daripada menarget hal yang masih abu-abu. Boleh menjadi tuan rumah akan tetapi bukan waktu di peringkat 170 dunia. Secara realistis hanya akan menjadi bulan-bulanan negara lain yang menganggap Indonesia negara instan.

BERPIKIRLAH ULANG MR. PROFESOR!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline