Sebagai penggemar sepakbola, kita tentu sering mendengar jurnalis yang bernama Fabrizio Romano. Informasi yang akurat mengenai bursa transfer menjadi ciri khas Fabrizio yang membuatnya begitu populer di kalangan pecinta sepakbola. Ketika Fabrizio mengumumkan "Here We Go", hampir pasti berita tersebut benar. Kata-katanya ibarat sabda, tidak bisa dibantah, dan kebenaran mutlak.
Dalam konteks pilpres Indonesia 2024 ini, kata " Here We Go" bisa mencerminkan kondisi politik Indonesia sekarang. Hari ini, tepat 13 Agustus 2023, Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) resmi melabuhkan dukungannya kepada Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden dari KKIR (Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya) done deal!. Ini menandakan Pilpres 2024 nanti sudah resmi akan diikuti oleh 3 Bacapres yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. Jika benar terdiri dari 3 pasang calon, ini akan menjadi pilpres pertama sejak 2009 yang diikuti oleh 3 pasang calon, kita ingat waktu itu SBY, Megawati, dan Jusuf Kalla ikut dalam pilpres 2009.
Bila kita cermati, hari ini adalah hari yang sudah ditunggu lama oleh Prabowo, Gerindra dan PKB, dan dengan masuknya dua partai parlemen ini tentu akan menambah dukungan dalam upaya pemenangan Prabowo. Kita tahu Partai Golkar adalah partai yang mempunyai sejarah panjang dalam perpolitikan bangsa ini, sebagai partai yang berkuasa pada era orde baru, Golkar mempunyai jaringan akar rumput yang solid, ditambah PAN yang juga merupakan partai kawakan, dan konsisten berada di parlemen.
Ada ungkapan yang mengatakan, "yang mahal adalah kepastian". Sebelum kedua partai tersebut bergabung, sebenarnya koalisi yang mendukung Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan juga sudah mengadakan pertemuan dengan Golkar dan PAN, tentu masuknya salah satu atau keduanya akan sangat membantu upaya pemenangan bacapres mereka masing-masing.
Kalau kita melihat dari sisi koalisi Ganjar Pranowo, masuknya Golkar dan PAN ke Prabowo akan mengisolasi PDIP, mereka dipaksa berjuang sendiri bersama PPP. PPP merupakan partai di parlemen dengan suara paling kecil, hanya melewati sedikit dari ambang batas parlemen/parliementary treshold, atau istilahnya mereka sendiri pun terseok-seok untuk mendapatkan kursi DPR pada pemilu 2019 lalu, tidak ada PPP pun PDIP bisa mengajukan sendiri calon mereka. PDIP memang mempunyai keunggulan tersebut, akan tetapi sulit dalam pemilu jika berjuang sendiri, terlebih dalam pemilihan presiden.
Pilgub DKI 2007 menjadi contoh, walaupun PKS merupakan partai yang dominan di Jakarta, tetapi ketika dikeroyok oleh 10 lebih partai, mereka pun tidak bisa berbuat banyak.
Praktis saat ini, perhatian publik beralih ke siapa yang akan menjadi cawapres masing-masing calon. Dari kubu Prabowo, masuknya Golkar dan PAN akan mengurangi tekanan dari PKB yang menginginkan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar(Cak Imin) menjadi cawapres Prabowo. Gerindra dan Prabowo saat ini mempunyai posisi tawar yang kuat karena ada Golkar dan PAN. Nama Ridwan Kamil pun bisa menjadi pilihan karena status nya sebagai kader Golkar dan salah satu kandidat yang populer di media.
Adalah normal jika kader partai menginginkan ketua umumnya yang menjadi cawapres, tetapi pada prakteknya dalam pilpres, hampir tidak ada pasangan capres-cawapres yang dua-dua nya merupakan ketua umum partai di saat yang bersamaan dan menang pemilu. Kita lihat pada era SBY-JK (2004-2009) waktu itu JK adalah ketum Golkar, tapi SBY bukan ketum Demokrat, lanjut ke periode kedua SBY-Boediono, SBY waktu itu memilih wakil yang berasal dari ekonom dan bukan orang partai.
Pada era Jokowi pun, dia memilih JK yang sudah tidak menjadi ketua umum Golkar, bahkan di 2019 Jokowi memilih wakil dari kalangan ulama, K.H Ma'ruf Amin. Pemilihan presiden 2001 adalah yang terakhir presiden dan wakil presiden aktif adalah ketua umum partai,kala itu Megawati menjadi ketum PDIP, dan Hamzah Haz ketua umum PPP.
Dari kubu Ganjar Pranowo, juga belum ada tanda-tanda siapa yang akan mendampingi Ganjar. PPP sebagai partai koalisi sudah menyodorkan nama Sandiaga Uno untuk mendampingi Ganjar. Selain itu, Andika Perkasa juga berpeluang menjadi cawapres, apalagi Andika juga secara terang-terangan mengakui memilih Ganjar dibanding Prabowo dan Anies. Background Andika yang berasal dari militer tentu akan melengkapi Ganjar. Keputusan terakhir cawapres Ganjar tentunya akan diumumkan oleh Megawati.