[caption caption="Sumber gambar: health.liputan6.com"][/caption]“Eh, kulit lo panuan, tuh!” demikian kata seseorang memberi tahu temannya ketika melihat lingkaran putih pucat di tangan temannya itu. Panu yang terkadang suka muncul di tangan, punggung, dan bahkan terkadang di daerah pangkal paha bisa membuat kita tidak nyaman. Panu yang sebenarnya merupakan jamur pada kulit ini bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. Salah satunya adalah pakaian yang tidak bersih dicuci atau menggunakan pakaian bekas orang lain. Bisa juga tidur di atas sprei yang dipakai orang lain yang sudah terkontaminasi jamur.
Bila Anda senang membeli celana impor bekas (di Jakarta biasanya dijual di Pasar Senen), lebih baik mulai hari ini kurangi hobi tersebut. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia telah mengeluarkan larangan impor pakaian bekas karena berdasarkan uji laboratorium telah ditemukan sedikitnya 216.000 koloni bakteri per gram pada pakaian-pakaian bekas tersebut. Uji lab ini dilakukan terhadap 25 sampel baju bekas dari Pasar Senen.
Pakaian bekas rentan membawa bakteri dan jamur yang membahayakan kesehatan bagi kulit. Menurut dr. Ratna Komala, SpKK, Mkes, yang paling mudah menular pada kulit adalah jamur. Itu artinya, ketika seseorang sedang terkena panu dan disentuh secara fisik oleh temannya, besar kemungkinan panu tersebut langsung menular ke temannya. Dan pakaian bekas biasanya memiliki jamur yang menular dengan mudah.
Sebagai orgasme yang hidup, jamur memang bisa tumbuh di medium apa pun. Selain di tumbuh-tumbuhan, dinding yang lembap, tanah, kulit manusia merupakan salah satu lingkungan yang cocok untuk berkembang biak. Posisinya biasanya terdapat pada lapisan tanduk. Toksin yang dikeluarkan oleh jamur pada kulit manusia bisa berakibat gatal bagi penderitanya. Secara kasat mata, terbentuk bercak-bercak berbentuk simetris berwarna putih, hitam, atau bahkan merah. Jika timbul infeksi, muncullah lapisan sisik pada permukaan kulit.
Sebagai masyarakat yang hidup di negara tropis, orang Indonesia sangat rentan terkena penyakit kulit akibat jamur. Tidak saja daerah-daerah kumuh, namun juga di kawasan-kawasan elite perkotaan. Sebab penyakit ini bisa mengenai siapa pun, dari bayi hingga manula. Dan areanya mulai dari kepala hingga ujung kaki. Sayangnya, banyak orang yang belum teredukasi mengenai penyakit ini.
Apa saja penyakit-penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur? Selain panu (pitiriasis versikolor), ada juga kurap atau dermatofitosis yang jenisnya juga macam-macam. Untuk kurap yang menyerang kulit kepala disebut dengan Tinea Kapitis. Untuk bagian permukaan kulit, namanya adalah Tinea Korporis. Sedangkan pada lipatan kulit disebut dengan Tinea Kruris. Jenis kurap lainnya adalah Tiena Pedis (sela jari kaki), Tinea Manus (telapak tangan), Tinea Imbrikata (sisik pada kulit di daerah tertentu), dan Tinea Unguium (kuku).
Jika rambut Anda berketombe, itu tandanya kulit kepala Anda sudah terinfeksi juga oleh jamur. Jamur pada ketombe disebut Pitiriasis Sika). Ciri-cirinya, selain banyak titik-titik putih di rambut, kulit kepala terasa sering gatal dan “tebal”. Seseorang yang berketombe, jika ia dicukur gundul, permukaan kulitnya tampak penuh dengan Pitiriasis Sika yang menumpuk. Biasanya dibersihkan dengan sikat rambut yang serabutnya lebih tebal.
Jenis infeksi jamur pada kulit lainnya adalah kandidosis. Ini merupakan infeksi pada bagian ketiak, bawah payudara, sela jari, ruam popok dan keputihan. Termasuk pula sariawan.
Mengapa seseorang bisa terinfeksi jamur? Panas dan lembap adalah faktor eksternal yang membuat kulit mudah terserang jamur. Perhatikan pula bahan pakaian Anda, apakah menyerap keringat atau tidak karena pakaian yang tidak menyerap keringat bisa menimbulkan jamur. Bagi mereka yang berbadan gemuk, gesekan pada paha bisa menimbulkan jamur.
Ketidakseimbangan hormon pun bisa mengakibatkan munculnya jamur karena tubuh menjadi rentan. Contohnya adalah masa menstruasi dan kehamilan. Termasuk juga penyakit seperti HIV AIDS dan diabetes. Meski penyakit itu berasal dari dalam, dampaknya jamur menjadi mudah menghinggap.
Jangan pernah menganggap remeh jamur. Meski seolah hanya berdampak pada kulit, risikonya pun tidak kalah tinggi. Lebih baik segera mengantisipasi dengan berobat ke dokter kulit terdekat atau membiasakan pola hidup sehat dari diri sendiri.