Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Dermatitis Kontak Alergi

Diperbarui: 14 April 2016   02:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="learnmine.blogspot.com"][/caption]Sebelumnya kita telah membahas tentang Dermatitis Kontak Iritan, yakni sebuah gejala peradangan pada kulit yang disebabkan bahan-bahan luar yang secara intens bersentuhan dengan kulit sehingga menimbulkan efek seperti gatal dan panas. Salah satu jenis lain dari dermatitis adalah Dermatitis Kontak Alergi, yang ditimbulkan setelah terjadinya kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi. Mereka yang terkena DKA ini adalah mereka yang mengalami hipersensitivitas terhadap alergen sebagai suatu akibat dari pajanan sebelumnya.

Bila Anda bekerja di pabrik-pabrik yang bersentuhan dengan logam atau bahan kimia, maka Anda berpotensi besar untuk terkena dermatitis jenis ini. Sebuah penelitian yang dipublikasikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia terhadap karyawan di pabrik otomotif Cibitung, Jawa Barat menunjukkan fakta bahwa 74% responden yang bekerja di dalamnya terkena gangguan ini. 

Sebanyak 26% mengalami kondisi akut, 39% sub akut dan 9% kronis. Umumnya ada tiga faktor penyebab mengapa mereka mengalami dermatitis, yaitu lama kontak, frekuensi kontak dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Uniknya, penggunaan APD adalah faktor dominan penyebab terjadinya demartitis.

Apa penyebab dermatitis kontak alergi ini? Yaitu bahan kimia (alergen) yang beratnya kurang dari 500-1000 Da. Jenis bahan ini dikategorikan sebagai bahan kimia sederhana. Contohnya adalah lateks/karet, nikel (biasanya ditemukan pada perhiasan, jam tangan, resleting logam), parfum, pewarna dan antibiotik topikal.  

Faktor yang mempengaruhinya adalah potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan serta luasnya penetrasi pada permukaan kulit. Untuk kategori akut, biasanya gejala mulai timbul dari 12 hingga 72 jam setelah kontak. Lalu siklus tersebut mencapai klimaks dalam kurun waktu antara 7 sampai 10 hari. Dalam masa kritis tersebut, hindari kontak dengan bahan kimia agar tidak terjadi paparan ulang. Biasanya kalau sudah dicegah dari paparan ulang dalam waktu dua hari kulit sudah kembali normal.

Sebagai gangguan kulit, khususnya bagi mereka yang memiliki kulit hipersensitiv, tentunya dermatitis kontak alergi juga memiliki ciri/gejala yang membedakannya dengan kontak iritan. Gejala-gejala yang timbul bergantung pula pada keparahan dermatitis itu sendiri. Namun secara umum, proses tersebut dimulai dengan bercak eritema yang berbatas tegas. 

Pada tingkat akut, gejala ini mulai terlihat pada bagian kelopak mata, penis, dan skrotum. Pada level kronis, kulit akan terlihat kering, berskuama, papul, likenifikasi dan juga fisur. Adapun bagian yang resisten terhadap dermaititis kontak alergi ini adalah skalp, telapak tangan dan kaki. Sementara area yang rentan adalah tangan, lengan, wajjah, telinga, leher, badan, genitalia, paha dan tungkai bawah.

Mereka yang terkena dermatitis ini akan merasakan rasa gatal yang teramat sangat. Melebihi gatal digigit serangga sehingga tidak cukup hanya diobati dengan lotion biasa saja. Untuk mendeteksi penyebabnya, bisa dengan mencoba mengingat-ingat kembali krim wajah, sabun, bedak, kosmetik apa yang digunakan beberapa hari terakhir. Bisa jadi kulit rentan terhadap zat-zat yang terkandung di antara produk-produk healthcare tersebut.

Nah, kalau sudah telanjur terkena dermatitis ini, apa yang harus dilakukan? Tentu cara terbaik adalah dengan mencegahnya. Berobat adalah cara selanjutnya setelah Anda menghindari faktor-faktor penyebab dermatitis ini. Lacaklah zat-zat yang menimbulkan reaksi alergi pada kulit. Mungkin penyebabnya bisa parfum Anda, perhiasan Anda, atau lainnya. 

Kalau sudah telanjur kena,cara pengobatannya bisa dengan mengkompres pakai air dingin untuk mengurangi kemerahan pada kulit. Bisa juga dengan mandi oatmeal (berendam dengan menggunakan air yang sudah dicampuri bubuk oatmeal) untuk mengurangi gatal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline