Lihat ke Halaman Asli

Penyakit Berbahaya yang perlu Kita Waspadai

Diperbarui: 24 November 2017   18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Halo para kompasianer kembali lagi dengan saya, pada kesempatan ini saya akan memberi tahu tentang penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian janin mau pun ibu dari janin tersebut. penyakit ini adalah eritroblastosis fetalis. Mengapa bisa membunuh janin atau ibu dari janin tersebut? nanti saya akan jelaskan. Sebelum masuk penyakit saya akan memulai dari dasar dari semua ini.

Dasar dari ini adalah darah manusia, darah pada manusia dibagi menjadi 3 yaitu plasma darah, sel darah merah, dan sel darah putih (leukosit).

Plasma Darah

Plasma darah adalah cairan yang berwarna kuning, mengandung 92% air, 7% protein plasma, serta 1% bahan campuran kompleks organik , anorganik, dan gas darah. Fungsi dari plasma darah adalah mengikat nutrisi menjadi glukosa, asam lemak & gliseral, asam amino, dan vitamin B & C. pada protein plasma ada 3 jenis protein plasma yang utama antara lain albumin, globulin, dan fibrinogen.

Sel Darah Merah (eritrosit)

Sel darah merah atau eritrosit memiliki bentuk seperti cakram tetapi memiliki lekukan di tengahnya, bentuk tersebut disebut bikonkaf. Adanya lekukan tersebut membuat sel darah merah ini tidak memiliki inti sel. Isi dari sel darah merah adalah Hb, Hb dapat di pecah (Hem + Fe) + globin. Sel darah merah atau eritrosit dapat ditemukan di sumsum tulang. Jumlah eritrosit pada laki laki 4,2 jt - 5,4 jt sel /mm3 dan jumlah eritrosit pada perempuan 3,8 jt -- 4,8 jt sel/mm3. Fungsi eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen, nutrisi, carbon dioksida. Usia sel darah  merah adalah 120 hari stelah itu sel darah merah akan mejadi rapuh dan pecah.

Sel Darah Putih (leukosit)

Leukosit atau sel darah putih memiliki ciri ciri antara lain, diapedesis atau yang biasa di sebut kemampuan untuk menembus pori pori membran kapiler menuju ke jaringan, bergerak amoboid atau mampu bergerak seperti amoeba, kemotaksis atau mendekati atau menjauhi zat zat kimia, fagositosis atau kemampuan untuk menelan mikroorganisme, benda asing, bakteri dan sel sel darah merah yang sudah tua. Leukosti memiliki 2 jenis yaitu, granulosit dan agranulosit. Granulosit juga di bedaka menjadi 3 jenis menurut warnanya yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit dibagi menjadi 2 yaitu limfosit ( yang terdiri dari limfosit B dan limfosit T ) dan monosit.

Nah itu adalah penjelasan tentang darah sekarang apa hubunganya dengan penyakit eritroblastosis fetalis ? hal ini berhubungan dengan golongan darah serta rhesus. Golangan darah sendiri diciptakan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1930 yang menggunakan system ABO dengan cara ada atau tidak adanya antigen ( aglutinogen ) tipe A dan tipe B pada pemukaan sel darah merah serta antibody ( agglutinin ) tipe ( anti A ) dan tipe ( anti B ) dalam plasma darah. Penggolongan rhesus di temukan oleh Karl Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940. Pengolongan ini menggunakan ada atau tidak adanya aglutinogen ( antigen ) RhD pada permukaan sel darah merah. Individu yang memiliki antigen RhD disebut RhD+, dan pada indivudu yang tidak memiliki antigen Rhd disebut Rhd-. Pada rhesus negatif tidak memiliki aglutinin anti RhD dalam plasma darah tetapi pada saat bertemu RhD+, RhD- menghasilkan atau memproduksi aglutinin anti RhD yang mengandung antigen RhD.

Rhesus darah mempengaruhi pada saat kita mau tranfusi darah.Jika tranfusi darah rhesus negatif dan rhesus negatif tidak akan terjadi apa apa, Lalu bagaimana jika transfusi darah beda rhesus? Pada orang yang meliki rhesus positif jika di transfusi dengan rhesus negatif, pada tranfusi pertama akan tidak terjadi apa apa tetapi jika tranfusi itu 2 atau sampai 3 kali oang yang di transfusikan akan mengalami kematian. Tetapi transfusi yang pertama pun sangat disarankan jangan karena pada saat darah dari orang yang ber rhesus positif masuk ke vena resepien ( orang yang merima, yang memiliki rhesus negatif ) secara otomatis tubuh dari resepien memproduksi aglutinin anti RhD sebaga bentuk perlindungan dari darah yang di transfusikan karena tubuh resepien menangkap bahwa darah dari orang yang ber rhesus positif sebagai benda asing yang mengancam sehingga tubuh resepien membuat pertahanan. 

Mengapa transfusi pertama tidak menyebabkan kematian? Karena pada saat tranfusi pertama darah, anti RhD yang di buat masih dalam skala kecil sehingga tidak terjadi hemolisis tetapi setelah transfuse yang ke 2 atau ke 3 kalinya akan terjadi pembetukan anti Rhd yang sangat banyak sehingga menyebakan hemolisis dan menyebabkan kerja ginjal semakin berat karena hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit yang menyebabkan terlepasnya hemoglobin dan hal ini tidak memperbaik resepien tetapi malah memperburuk dan bias menebabkan kematian seseorang.Nah pada saat ini saya akan melajutkan penjelasan tentang mekanisme kerja penyakitnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline