Lihat ke Halaman Asli

Andre Vincent Wenas

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Fakta Politik Rekom Dikembalikan: Puan Minta Maaf atau Tidak, Bukan Soal buat Sumbar

Diperbarui: 9 September 2020   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

olahan pribadi

*Fakta Politik Rekom Dikembalikan: Puan Minta Maaf atau Tidak, Bukan Soal buat Sumbar*

Oleh: *Andre Vincent Wenas*

Masih lanjutan kasus Puan Maharani dengan (masyarakat) Sumbar.

Banyak yang bilang bahwa Puan mesti atau sebaiknya minta maaf saja. Namun tak kurang ramai yang bilang bahwa Puan tidak salah dan tidak perlu minta maaf atas pernyataannya yang mempertanyakan ke-Pancasila-an masyarakat Sumbar.

Mau/perlu minta maaf atau tidak mau/tidak perlu minta maaf, secara sosial politik nampaknya bukan soal bagi masyarakat Sumbar. Tapi mungkin saja bisa jadi soal buat PDIP sendiri nantinya.

Paling tidak rakyat Sumbar yang sementara ini sudah mulai simpati dengan PDIP bisa jadi berpikir ulang. Padahal kabarnya pendukung PDIP di Sumbar akhir-akhir ini mulai meningkat.

Polemik masih terus berlangsung.

Sehingga seperti sudah diduga, para elit partai maupun koalisinya jadi kerepotan jumpalitan berupaya menjustifikasi perkataan sang putri mahkota.

Bisa dimengerti sih, memang begitulah "kewajiban" para petugas partai. Tidak jadi soal juga. Silahkan saja, bebas kok. Ini negara demokrasi. Paling tidak kita disuguhkan sirkus narasi dengan berbagai variasi diksi. Hiburan politik yang lumayanlah.

Di sini kita tidak bermaksud menyoroti soal apa motif atau apa maksud Puan Maharani mesti berkata, "...Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila." Apakah itu disengaja atau tidak sengaja (accident).

Ada yang bilang statement itu adalah sebentuk doa dari Puan, tapi di lain pihak ada yang bilang ini adalah sindiran bagi masyarakat Sumbar yang katanya dicurigai tidak (kurang) Pancasilais lantaran PDIP kalah di Sumbar. Tidak, kita tidak masuk dalam wacana itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline