Lihat ke Halaman Asli

Andre Vincent Wenas

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Berteori Itu Tindakan Intelektual dan Kebijakan adalah Tindakan Sosial

Diperbarui: 2 Mei 2020   03:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

*Berteori itu Tindakan Intelektual dan Kebijakan adalah Tindakan Sosial*

Oleh: *Andre Vincent Wenas*

Kata 'teori' itu berasal dari bahasa Yunani 'theorein' yang maknanya 'to look at' (melihat/memandang kepada). Sering pula dipadankan dengan kata 'konsep' (concept, Latin: conceptus, dari concipio yang maknanya 'to take in', memasukan, 'conceive', memahami, understand, grasp, comprehend).

Jadi teori itu adalah gambaran di kepala yang diperoleh dari hasil melihat dan mengambil sesuatu yang ada di kenyataan. Suatu proses abstraksi, yang artinya juga proses intelek. Maka kerja intelektual adalah berteori, memandang kenyataan apa adanya, tanpa manipulasi.

Berteori itu bukan berarti melamun dan tidak bertindak. Berteori adalah TINDAKAN intelektual. Diperlukan sikap yang tepat dalam melihat (to look at) kenyataan (realitas). Sikap jujur dan berani. Jujur dalam melihat realitas dan berani menerima fakta apa adanya. Itulah intelektual sejati.

Kalau sudah tidak jujur melihat realitas dan tidak berani menerima fakta, dalam khazanah kecendekiaan kerap disebut ia sudah menggadaikan kecendekiawanannya. Atau jadi semacam pelacur intelektual.

Kadangkala kita mendengar orang bilang, "Jangan cuma berteori, bertindak dong!" Biasanya statement seperti ini diutarakan oleh 'man on the street', bukan oleh mereka yang cendekia.

Berteori adalah tindakan intelektual, yang berguna untuk mengarahkan tindakan sosial. Tanpa teori, kerja menjadi asal kerja, tanpa arahan. Maka strategi adalah juga suatu teori bertindak.

Teori dan realitas (kenyataan) itu tidak terlepas satu sama lain. Lantaran teori itu adalah soal memandang realitas dalam pikiran (benak) kita. Berteori adalah mengabstraksi/ menafsir realitas. Ada operasi hermeneutika disitu. Maka daya abstraksi disebut juga sebagai kompetensi utama seorang intelektual.

Dalam keseharian tentu mesti dibedakan antara 'berteori' dengan apa yang disebut dengan 'omong doang'. Apalagi kalau kita bicara dalam konteks politik praktis, atau membicarakan kerja pemerintahan misalnya.

Kerja seorang pemimpin pada galibnya adalah merumuskan kebijakan dan mengambil keputusan. Kemudian mengelola (me-manage) operasionalisasi dari kebijakannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline