Lihat ke Halaman Asli

Andre Vincent Wenas

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Caveat dari Paris: Pendidikan sebagai Serum Anti-Rapuh!

Diperbarui: 30 Desember 2019   16:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: *Andre Vincent Wenas*

"We have been fragilizing the economy, our health, political life, education, almost everything...by suppressing randomness and volatility."-- Nassim Nicholas Taleb, 'Antifragile: How to Live in a World We Don't Understand', Penguin Books, 2012.

Lingkungan Ekonomi Dunia.

Bulan November lalu di Paris OECD (Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan) merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global 2020 dari 3,0 persen menjadi 2,9 persen. Caveatnya: ada risiko stagnasi panjang, konflik perdagangan, lemahnya investasi bisnis, dan ketidakpastian politik yang tak kunjung henti.

Laurence Boone, Kepala Ekonom OECD mengingatkan, ketika bicara prospek 2020 di Paris, "Adalah kesalahan jika mempertimbangkan perubahan ini sebagai faktor sementara yang dapat diatasi dengan kebijakan moneter atau fiskal: mereka adalah struktural. Tanpa koordinasi untuk perdagangan dan perpajakan global, arah kebijakan yang jelas untuk transisi energi, ketidakpastian akan terus membayangi dan merusak prospek pertumbuhan." Kita sebut saja ini Caveat dari Paris!

Peringatan dini sudah disampaikan, tinggal kita semua mengantisipasinya. Bagaimana caranya?

Menyikapi persoalan struktural, diperlukan tindakan radikal yang berani. Demi mengatasi tingginya tingkat ketidakpastian yang dihadapi bisnis akibat perubahan mendasar di tataran ekonomi global.

Gambaran besarnya rada suram. Pertumbuhan lokomotif ekonomi thn 2020 yaitu AS diprediksi melambat jadi 2%, bahkan sampai 2021. Di kawasan Eropa dan Jepang, pertumbuhan diperkirakan sekitar 1% saja. Eropa yang bergantung pada ekspor, perdagangannya bakal menurun. Pertumbuhan Jerman diproyeksikan sekitar 0,4%. Prancis dan Italia masing-masing sebesar 1,2 % dan 0,4%. Secara global, volume perdagangan barang dan jasa diprediksi melambat ke level terendah selama dekade ini, cuma sekitar 1%.

Penyebabnya, "Setiap peningkatan lebih lanjut dari konflik perdagangan akan mengganggu jaringan pasokan dan membebani kepercayaan, pekerjaan dan pendapatan. Ketidakpastian tentang hubungan perdagangan UE-Inggris di masa depan menimbulkan risiko lebih lanjut untuk pertumbuhan seperti halnya tingkat tinggi utang perusahaan saat ini," tandas Laurence Boone.

Lingkungan Ekonomi Lokal.

Dampak ketidakpastian dan lesunya perekonomian global berimbas ke tataran lokal. Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 akan tumbuh pesimis. Di tahun 2020 potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan sekitar 4,9% - 5,1%. Artinya sama atau bisa lebih rendah daripada tahun 2019.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline