Lihat ke Halaman Asli

R. ANDRY DANOESUBROTO

Antivirus Analyts

11 September 1945 - 11 September 2010..

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Mungkin sekarang sedikit yang mengetahui bahwa tanggal 11 September adalah hari Radio tanah air kita. Memang semenjak peristiwa WTC, lebih banyak orang dari berbagai dunia memperingati 11 September, namun bukan untuk memperingati hari Radio bangsa kita tentunya. Hari ini, segenap angkasawan/ti RRI dan seharusnya seluruh radio-radio swasta juga memperingati hari lahirnya Radio ditanah air kita ini. Tidak terasa, perjuangan para perintis,pendahulu, angkasawan/ti, pendiri Radio Republik Indonesia, telah menunjukan angka yang sudah cukup umur, sebuah angka yang (seharusnya) menjadikan kebanggaan serta prestasi yang cukup signifikan dibelantara udara tanah air.

Memang, sosok radio milik pemerintah ini, yang menyebut dirinya sebagai radio publik milik bangsa, sudah mengalami banyak sekali pasang surut perubahan, termasuk perubahan-perubahan bentuk badan usaha, mungkin hampir semua badan usaha sudah pernah menempel dalam lembaga milik negara ini, yang dulu dibawah departemen penerangan, bahkan sempat pula diisukan akan dibubarkan karena dianggap hanya menghabiskan anggaran negara saja. Hingga saat ini, RRI memilih berbentuk Lembaga penyiaran Publik.

Banyak masyarakat dahulu mengenal frekuensi-frekuensi siaran RRI yang memang belum ada tandingnya ditanah air dalam frekuensi-frekuensi AM dan SW. Dalam gelombang-gelombang ini, dari berdirinya hingga ke tahun 1980an, dengan ditambah gelombang pada saluran FM, tetap menjadikan radio ini, didengar, dinikmati dan dipuja banyak lapisan masyarakat. Bahkan banyak dari masyarakat akan merasakan tersanjung bila diundang atau sekedar menginjakkan kakinya distasiun-stasiun yang sekarang ini dipimpin direktur yang cukup mempunyai nama didunia mainstream informasi dan berita, Parni Hadi.

Namun, seiring dengan hilangnya departeman penerangan yang menaunginya, pun menjadikan RRI seperti kehilangan tambatan hati. Ditambah pula, dengan bermunculan radio-radio swasta nasional, yang dari menilik format siarannya, radio-radio swasta ini, seperti hembusan angin segar, yang membuat masyarakat ramai mencoba dan mendengarkan hembusan suara anginnya yang memang berasa segar dan lebih menarik. Hingga, kemudian radio milik negara ini, sepertinya tenggelam kedalam persaingan ketat dibelantara media mainstream, dimana saat ini, munculnya apa yang disebut "New Media" semakin membuat kiprah radio bangsa ini, seperti tidak bertenaga.

Dengan mengandalkan pendanaan yang sebagian besar berasal dari APBN, RRI terus mencoba berbagai format, bentuk dan ragam mutu serta mencoba dekat (kembali) ketelinga pecintanya. kini, dengan pemilahan channel programa, RRI membentuk siaran-siaran yang yang diinginkan oleh berbagai lapisan masyarakat. Maka RRI sekarang ini dikenal dengan berbagai macam channel siarannya yang mereka sebut 'PROGRAMA'. Programa atau PRO ini, dibagi kembali kedalam berbagai format dan segmentasi pasar, dengan berbagai nama seperti; Programa 1 (Pro1), diperuntukan untuk segmen pendengar umum atau semua lapisan masyarakat, Programa 2 (Pro2) dibuat RRI untuk mendekatkan diri kepada para remaja Indonesia ataupun mereka yang berjiwa muda, Programa 3 (Pro3) bergenre Talk & News, diperuntukan bagi mereka yang menyukai akan info dan berita-berita, Programa 4 (pro4), sebuah programa yang mengedepankan budaya nasional Indonesia, dan tak lupa siaran untuk luar negeri yang menggunakan bahasa asing dikemas dalam nama VOI.

Jadi bila saat ini ada sebagian masyarakat yang bingung, kemana RRI yang dulu, maka sekarang RRI telah menyesuaikan dengan jaman dan keadaan masyarakat yang dinamis, maka call sign yang dahulu hanya " inilah Radio Republik Indonesia".. telah bergeser sedikit menjadi "Inilah Programa 1, Radio Republik Indonesia...". Semoga saja, sebagai orang yang ada aliran darah semangat "sekali diudara tetap diudara" dan Tri Prasetya nya, sedari lahir berada dilingkungan ini, dan sempat pula mencoba berkarir di RRI walaupun sirna, penulis mencoba untuk sedikit memberikan gambaran bagaimana radio yang pernah membuat sejarah panjang ini, dalam menyesuaikan diri kedalam kancah media ditanah air. 11 September 1945 - 11 September 2010, bukanlah hal yang biasa, bagaikan seorang yang berilmu, tentunya kematangan dan profesionalisme adalah yang harus dikedepankan demi melayani kepentingan publik, bukan kepentingan elit atau golongan ataupun juga pemerintah. Penulis menunggu pengaruh dan peran radio ditanah air bangkit sebagaimana yang dulu. Dirgahayu Radio Republik Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline