Entah dimulai sejak kapan, mahasiswa yang telat lulus dari waktu normal disebut "Mahasiswa Abadi". Predikat telat lulus pun ditetapkan dari waktu normal untuk mengambil seluruh SKS yang harus ditempuh.
Waktu normal untuk mahasiswa S-1 selama 4 tahun, dan untuk mahasiwa Diploma III selama 3 tahun. Namun, istilah Mahasiswa Abadi ini lebih sering mengikat pada para calon sarjana yang gagal menyelesaikan studi selama delapan semester. Pantaskah mereka dihakimi dengan sebutan jahat itu?
Standar waktu kelulusan memang sangat berdasar. Untuk seluruh SKS yang harus ditempuh agar bisa disebut sarjana memang telah terukur.
Namun, jika bersedia menilik lebih dalam apa saja problema yang dihadapi seorang mahasiswa maka akan ditemukan banyak penyebab mengapa adanya Mahasiswa Abadi.
Untuk alasan malas kuliah, bermasalah di dalam kelas, atau karena kenakalan pribadi tentu saja sudah tidak perlu dijelaskan. Namun, mahasiswa yang gagal lulus dalam waktu normal tidak semuanya nakal dan malas kuliah.
Menemukan Passion
Berbagai hal bisa membuat seseorang tidak mendapatkan jalan yang lancar untuk segera wisuda. Yang paling sering terjadi adalah ketika seorang mahasiswa menemukan passion.
Saat berada dimasa perkuliahan, banyak mahasiswa yang akhirnya menemukan apa yang membuat dirinya senang, nyaman, atau bisa berkembang. Contohnya saja terjun dalam dunia bisnis.
Apakah salah seorang mahasiswa sudah langsung terjun dalam bisnis? Jika dikatakan salah dan alasannya karena harus merampungkan studinya dibangku kuliah, maka pendapat ini terlalu egois dan memojokkan.
Kesempatan berkembang dalam dunia bisnis tentu tidak dijumpai disembarang waktu. Jika mengesampingkan bisnis yang diyakini mampu berkembang sukses dan memilih kuliah maka dikemudian hari bisa jadi kesempatan itu tidak lagi ditemui. Memang apa salahnya lebih dulu berpenghasilan daripada lebih dulu bergelar sarjana?
Fokus Kuliah vs Membantu Keluarga