Lihat ke Halaman Asli

Andre Lala Ramadani

Sejarah dan Peradaban Islam

Penaklukan Konstantinopel : Perjalanan Sejarah Sultan Muhammad Alfatih

Diperbarui: 21 Desember 2024   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.app.goo.gl/aph5Z4Uc68RrUqAk9 

Pada tahun 1453, dunia menyaksikan salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah dunia: penaklukan Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium, oleh Sultan Muhammad II, yang lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Al-Fatih. Penaklukan ini menandai berakhirnya Kekaisaran Bizantium yang telah berdiri lebih dari seribu tahun dan membuka jalan bagi dominasi Kesultanan Ottoman di Eropa dan Asia.

Latar Belakang

Konstantinopel, yang terletak di antara Eropa dan Asia, adalah sebuah kota yang strategis dan kaya akan sejarah. Kota ini pernah menjadi pusat perdagangan, kebudayaan, dan agama di dunia Kristen Timur. Setelah jatuhnya kota-kota besar seperti Antiochia dan Jerusalem pada masa Perang Salib, Konstantinopel menjadi benteng terakhir kekuasaan Bizantium. Namun, kota ini juga menjadi sasaran ambisi besar dunia Muslim.

Pada abad ke-15, Kesultanan Ottoman di bawah pimpinan Sultan Muhammad II (yang lebih dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih) menjadi kekuatan besar yang sangat ambisius untuk menguasai kota ini. Muhammad Al-Fatih, yang sejak muda dikenal cerdas dan berani, telah merencanakan penaklukan Konstantinopel sebagai ambisi utama dalam pemerintahan dan mewujudkan cita-citanya untuk mempersatukan dunia Islam di bawah satu pemerintahan. Kota ini tidak hanya bernilai strategis, tetapi juga simbol kemenangan besar yang dapat memperkuat posisi Kesultanan Ottoman di dunia.

Persiapan Penaklukan

Penaklukan Konstantinopel memerlukan persiapan yang matang karena kota ini memiliki pertahanan yang sangat kuat, dengan tembok-tembok kokoh yang telah bertahan dari berbagai serangan selama berabad-abad. Konstantinopel juga dilindungi oleh Laut Marmara di sebelah selatan dan Teluk Golden Horn di sebelah utara, sehingga hanya ada dua jalur utama yang dapat dilalui oleh pasukan Ottoman.

Muhammad Al-Fatih memulai persiapan penaklukan dengan memobilisasi pasukan yang sangat besar, diperkirakan sekitar 80.000 hingga 100.000 tentara. Selain pasukan darat, dia juga mempersiapkan armada laut yang besar untuk mengepung kota dari laut. Sultan Muhammad juga mengumpulkan sejumlah besar persenjataan, termasuk meriam besar yang belum pernah terlihat sebelumnya di dunia Islam. Meriam tersebut, yang dikenal dengan nama "Basilica", memiliki ukuran luar biasa dan mampu menghancurkan tembok-tembok kokoh kota.

Selain kekuatan militer, Sultan Muhammad juga menjalin hubungan dengan para ahli teknik, termasuk dari Eropa, untuk mengembangkan cara-cara baru dalam pengepungan. Salah satu inovasi besar yang dilakukan adalah pembangunan "Jembatan Laut", sebuah jalan darat yang memungkinkan pasukan Ottoman untuk membawa pasukan dan senjata melewati Laut Golden Horn, yang sebelumnya tidak bisa ditembus.

Pengepungan Konstantinopel

Pada 6 April 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih mulai pengepungan Konstantinopel. Pasukan Ottoman mulai mengepung kota dengan segala kekuatan yang dimiliki. Di sisi lain, Kaisar Bizantium, Constantine XI Palaiologos, berusaha keras mempertahankan kota yang kini hanya memiliki sekitar 7.000 tentara dan sedikit bantuan dari negara-negara Eropa. Konstantinopel, meskipun kuat, merasa terisolasi, karena sedikitnya dukungan dari negara-negara Barat yang lebih fokus pada ancaman internal mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline