Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari mobilisasi. Begitu juga dengan saya. Bepergian jarak dekat maupun jarak jauh tentu saja membutuhkan Transportasi memadai. Tak pelak Kereta api menjadi pilihan berbagai kalangan masyarakat untuk bepergian. Apakah demi tujuan tamasya maupun bekerja.
Pekerjaan saya sebagai Key Account Manager di salah satu Pabrik Ban, mengharuskan saya mengunjungi Distributor di beberapa Kota; Bandung, Cirebon, Garut, Tasikmalaya, Sukabumi. Kebetulan area coverage saya adalah Jawa Barat. Mobil memang menjadi kendaraan saya sehari-hari dalam bepergian di seputaran Jabodetabek. Kadang jika sedang malas mengemudi, saya memilih naik Kereta Listrik Commuter Line jika perlu meeting seharian di Daerah Sawah Besar ataupun Kemayoran. Namun saya harus melakukan trip ke Jawa Barat dua kali dalam sebulan. Maka naik Kereta Api tentu menjadi solusi. Selain karena bisa santai hingga tiba sampai tujuan, saya juga bisa buka Laptop dan bekerja selama perjalanan. Jika menyetir mobil untuk perjalanan jauh, selain menguras fisik, aktifitas yang dilakukan menjadi terbatas selama beberapa jam karena harus mengemudi.
Jika para Kolega saya di kantor yang menangani distributor di luar pulau harus naik Pesawat, maka saya cukup naik Kereta Api. Perjalanan menuju Bandung dapat ditempuh dalam 3 jam perjalanan dengan menaiki Argo Parhyangan. Sementara ke Cirebon dapat menggunakan Argo Muria, Dwipangga dan masih banyak lagi untuk jurusan menuju Surabaya. Perjalanannya cukup 2 jam 30 menitan saja dan lebih smooth daripada ke Bandung karena trayeknya tinggal lurus menyusuri Pantura. Untuk Tasikmalaya perjalanan agak lebih panjang yaitu 6 jam karena ke arah Pantai Selatan melewati Bandung.
Salah satu yang menarik bagi saya dalam menikmati pemandangan-pemandangan selama perjalanan adalah melewati atau sampai di Stasiun-Stasiun lama yang menjadi cagar budaya seperti Stasiun Beos, Stasiun Lempuyangan, Stasiun Cimahi, Stasiun Purwakarta, Stasiun Banjarnegara dan masih banyak lagi. Beberapa Lokomotif lawas yang kadang masih ada dengan kondisi cukup apik di beberapa Stasiun juga menjadi incaran saya.
Dua tahun lalu saya bersama seluruh karyawan di tempat saya bekerja, bersama naik Kereta ke Yogyakarta untuk menghadiri Employee Gathering disana. Pengalaman itu menjadi tidak terlupakan karena baru kali itu saya travelling naik Kereta Api serombongan besar. Kereta Api yang kami naiki adalah Argo Lawu dan Taksaka. Ini menjadi yang pertama bagi kami setelah pada Gathering-Gathering sebelumnya kami naik bus atau pesawat. Nah, ternyata naik kereta ramai-ramai luar biasa seru. Pihak panitia yang terdiri dari team internal dan Event Organizer nya iseng pula, suka memberikan quiz lewat Kahoot. Jadi selama perjalanan kami tidak bisa tidur hehehe.. Selain itu bisa duduk ngobrol seru sambil ngopi di Gerbong Cafetaria, asik banget. Perjalanan selama 6 jam menjadi tidak terasa.
Dalam perjalanan kami kembali ke Jakarta, saya melihat para petugas KAI yang menyilangkan tangan dan memberi hormat ketika Kereta yang kami tumpangi bergerak meninggalkan Stasiun. Gestur para pertugas tersebut mengingatkan saya akan hal sama yang dilakukan oleh para Petugas Kereta Api di Jepang saat Keretanya berangkat. Dan saya juga baru tahu bahwa ternyata hal tersebut sudah diimplementasikan oleh para petugas KAI sejak 2018. Hal ini memberikan kesan bahwa para petugas KAI senantiasa ada untuk memenuhi kebutuhan para penumpangnya.
Penulis bersyukur bahwa moda transportasi KAI Kereta Api, Commuter Line, Kereta penghubung Bandara dan bahkan Kereta Cepat kini jauh meningkat level operasinya dari segi profesionalitas, ketepatan waktu berangkat, manajemen transportasi yang memadai, revitalisasi Stasiun-stasiun terintegrasi, Kelas Ekonomi dan Ekskutif yang berubah signifikan menjadi makin nyaman dan wah. Kesuksesan para Staff, Petugas KAI dalam mengelola semua ini tentu saja tidak lepas dari kepemimpinan Bapak Didiek Hartantyo sejak tahun 2020. Inilah wujud Mendidiek Jadi Lebih Baik.