Ekonomi Politik Internasional menganalisis lebih dalam untuk memahami dukungan dan penolakan dari berbagai kelompok terhadap suatu kebijakan politik, sekaligus menganalisis bagaimana individu dapat meningkatkan fungsionalitas melalui partisipasi dalam aktivitas politik. Minat, ide, dan institusi menjadi kunci utama untuk membentuk perilaku politik dalam konteks ekonomi. Namun, ada kelompok dan individu yang memanfaatkan kekuasaan mereka untuk memengaruhi kebijakan sesuai dengan kepentingan tertentu.
Mekanisme tata kelola, seperti rezim, diperkenalkan sebagai bagian dari integral dalam mengelola interaksi kompleks antara politik dan ekonomi di tingkat global. Hal ini dianalisis dengan berbagai pendekatan dalam Ekonomi Politik Internasional, termasuk Merkantilisme, Kapitalisme, dan Marxisme. Penjabaran yang berfokus pada Merkantilisme memberikan gambaran tentang teori ekonomi yang menekankan keberlanjutan diri melalui neraca perdagangan yang menguntungkan.
Dalam era globalisasi dan dinamika kompleks ekonomi politik, pemahaman mendalam tentang teori ekonomi klasik menjadi krusial. Salah satu teori yang memainkan peran sentral dalam membentuk kebijakan ekonomi di berbagai negara adalah merkantilisme. Merkantilisme, sebagai teori ekonomi yang pertama kali muncul pada abad ke-16, memiliki dampak signifikan pada perkembangan ekonomi politik di masa lalu.
Dalam sejarah, Merkantilisme muncul sebagai respons terhadap keadaan politik dan ekonomi di Eropa pada masa Renaisans. Pada masa itu, berbagai negara Eropa bersaing untuk memperoleh kekayaan dan kekuatan. Karena hal tersebut, muncullah teori Merkantilisme yang menekankan akumulasi kekayaan nasional melalui perdagangan ekspor yang lebih besar daripada impor. Berbagai prinsip ini membentuk dasar bagi kebijakan ekonomi di banyak negara dan memengaruhi kondisi ekonomi pada periode tersebut.
Merkantilisme bukan hanya sekadar teori ekonomi, namun juga menciptakan sebuah landasan untuk peran negara dalam mengelola ekonomi. Pada masa lalu, kebijakan ekonomi lebih sering dipandang sebagai alat untuk memperkuat kekuatan nasional. Penekanan pada pembatasan impor dan peningkatan ekspor menjadi strategi utama untuk mengumpulkan kekayaan dan kekuatan. Berbagai negara merkantilis menerapkan berbagai kebijakan, seperti subsidi industri, monopoli perdagangan, dan penggunaan berbagai alat proteksionis untuk melindungi ekonomi nasional negaranya.
Dalam menggali akar sejarah merkantilisme,hal itu tidak hanya terlihat pada aspek ekonominya. Merkantilisme membentuk fondasi sistem politik dan militer di berbagai negara Eropa. Berbagai negara yang menganut merkantilisme memiliki kecenderungan untuk membangun kekuatan militer dan koloni untuk mendukung ekspansi perdagangan mereka. Aspek militer dan kolonialisme menjadi integral dalam pelaksanaan kebijakan merkantilis.
Berbagai prinsip merkantilisme sangat berbeda dengan konsep ekonomi liberal yang muncul setelahnya. Merkantilisme memandang ekonomi sebagai permainan zero-sum, di mana kesejahteraan satu negara harus dicapai melalui eksploitasi ekonomi negara lain. Prinsip ini menciptakan pandangan bahwa kekayaan dan kekuatan adalah sumber daya terbatas, dan satu negara hanya bisa mendapatkan keuntungan jika yang lain merugi.
Prinsip merkantilisme menciptakan atmosfer persaingan sengit di antara berbagai negara Eropa pada masa lalu. Setiap negara harus berusaha untuk mempertahankan surplus perdagangan dan mengakumulasi sebanyak mungkin cadangan emas dan perak. Kebijakan proteksionis dan regulasi perdagangan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk ekonomi nasional, bahkan jika hal itu dapat mengorbankan kerjasama internasional.
Dampak prinsip merkantilisme dapat dilihat dalam berbagai kebijakan proteksionis yang diadopsi oleh berbagai negara merkantilis. Mereka menggunakan berbagai instrumen, seperti tarif impor, subsisd pelabuhan, dan monopoli perdagangan, untuk melindungi industri dalam negeri dan menciptakan keunggulan kompetitif. Pandangan bahwa ekspor lebih baik daripada impor menjadi landasan dari kebijakan ekonomi merkantilis.
Berbagai kebijakan merkantilis dapat di masa lalu dapat dilihat melalui contoh konkret. Hal ini dapat dilihat dari Inggris pada abad ke-17 yang menerapkan serangkaian tindakan proteksionis, seperti Navigation Acts (1650s and 1660s). Tujuan utama dari peraturan ini adalah untuk mengamankan monopoli perdagangan Inggris atas koloni Amerika dan memastikan bahwa ekspor berbagai produk kolonial hanya dilakukan melalui pelabuhan Inggris.
Selain itu, kebijakan Salutary Neglect yang diadopsi oleh Inggris pada paruh kedua abad ke-17 menciptakan kondisi yang mendukung perkembangan ekonomi koloni Amerika. Meskipun secara resmi melibatkan kontrol yang lebih lemah dari pihak Inggris terhadap koloninya, namun kebijakan ini sebenarnya memberikan kebebasan yang lebih besar bagi koloni untuk mengembangkan perdagangan dan industri mereka sendiri.